Thursday, September 13, 2007

Menjelajahi Negeri eks Tapol

(Pelabuhan Namlea. Foto: jacko agun)
Tak banyak yang tahu tentang keberadaan pulau dengan luas wilayah 12.655 km2 ini. Pulau yang terletak di Barat Ambon ini lebih terkenal dengan eks tapolnya ketimbang potensi kekayaan hasil bumi yang jadi primadona.

Buru, demikian nama pulau yang lebih dikenal sebagai sebuah noktah di atas peta kawasan Maluku. Walaupun noktah ini terlahir lebih besar ketimbang Pulau Ambon, "ibu kota Tanah Maluku" keberadaannya tak banyak digubris orang.

P. Buru, sebelum Perang Dunia II, merupakan pulau penghasil minyak kayu putih, selain penghasil sagu, yang terkenal di pasar-pasar P. Jawa dengan sebutan "Sagu Ambon". Sagu dari tempat para tapol berada, dikatakan orang sebagai sagu yang terbaik. Tapi karena tandusnya tanah serta teriknya sengatan matahari, membuat pencetakan lahan pertanian menjadi sulit. Belum lagi, jarangnya penduduk, keterbelakangan budaya, jauhnya jarak dari pulau-pulau terdekat, menjadikan P. Buru semakin terisolir. Karena itulah, pemerintah Orba menjadikannya sebagai "penjara" bagi orang-orang tahanan. Buru menjadi sama seperti "Sélong" di jaman VOC (dari kata Ceylon, Srilangka sekarang), atau "nDigul" di jaman Hindia Belanda. Tiga kata itu mempunyai arti setali tiga uang: “buangan”.

Sunday, September 02, 2007

Sekeping Ungkapan Hati


Catatan ini tak lebih dari sikap kritis melirik semakin tergadainya idealisme demi sejumput rejeki (dalam) sesuap nasi di perusahaan ini. Tapi, haruskah seperti itu?


Apa yang salah, jika bersikap kritis? Banyak yang menyesalkan sikap seperti ini. “Buat apa capek-capek berpikir dan mencoba memperbaiki sesuatu, kalo toh gak bisa diubah. Ngabis-ngabisin energi aja”, begitu kilah mereka. Bagiku mungkin terdengar klise. Tapi, ntah kenapa, setiap gelagat ketidakbersesan muncul, rasa jengah dengan kondisi tersebut selalu mengusik akal sehatku. Walau gak bisa mengubah kondisi secara drastis, bagiku, memberi pemahaman yang benar, (baca: istilah kerennya “pencerahan”) bagi rekan-rekan, menjadi solusi -yang mudah-mudahan efektif- terhadap semua kegalauan tadi.

Secara garis besar, kucoba untuk mengelompokkan aneka masalah yang kerap mendera buruh media di perusahaaan tempat kami menggantungkan harapan. Ingin rasanya, pekerjaan ini –-jadi jurnalis yang benar-- mampu menopang kehidupan kami selanjutnya. Syukur-syukur bisa memberi masa depan yang lebih cerah.

ANTARA - Lingkungan

Climate Change News - ENN