Thursday, July 22, 2010

Populasi Orangutan di SM Siranggas dan HL Batu Ardan: 267 Individu


Tim survey orangutan yang difasilitasi oleh Orangutan Conservation Services Program (OCSP) memperkirakan total populasi orangutan Sumatera di Suaka Margasatwa (SM) Siranggas dan Hutan Lindung (HL) Batu Ardan tinggal 267 individu, masing-masing 156 individu di HL Batu Ardan dan 111 di SM Siranggas. Keduanya berada di wilayah Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat, Propinsi Sumatera Utara.

“Informasi dari hasil survey ini berguna bagi rencana tata ruang daerah yang digagas oleh OCSP bersama pemerintah daerah sebagai bagian dari revisi TRWK. Terutama keterkaitan HL Batu Ardan (Dairi – Pakpak Barat) dan SM Siranggas merupakan daerah yang berhubungan atau berpotensi menjadi koridor peghubung dengan area MCV yang dibangun oleh OCSP – Konsorsium Pusaka”, uajr Deputy Chief of Party OCSP Jamartin Sihite.

Survey populasi dan distribusi orangutan Sumatera (Pongo abelii) di HL Batu Ardan (Register 66) dan SM Siranggas (Register 70) dilaksanakan pada tangal 24 Januari – 22 Februari 2009 meliputi 7 lokasi pengamatan di desa, yaitu: Bongkaras dan Sempung Poling Kabupaten Dairi dan Simbruna, Perolihen, Malum, SM Siranggas Kabupaten Pakpak Barat.

Berdasarkan hasil survey ini, diusulkan adanya perluasan kawasan konservasi SM Siranggas menjadi 7.421 ha, melingkupi sebagian HL Batu Ardan dan HPT Deleng Sibudun. “Oleh karenanya, perlu dilakukan survey lanjutan distribusi dan populasi orangutan di kawasan yang masih berhubungan dengan HL Batu Ardan dan SM Siranggas yang belum pernah di survey sebelumnya, terutama daerah selatan SM Siranggas”, ungkap Sihite menambahkan, di sela-sela acara Workshop Membangun Relasi Konstruktif Jurnalis – NGO untuk konservasi Orangutan dan habitatnya , di Bogor, beberapa waktu lalu.

Metodelogi yang digunakan dalam survey hasil kerjasama OCSP, SOCP, BB KSDA Sumut dan Konsorsium Pusaka adalah metode jalur (transek) dengan mengukur dan menghitung kepadatan sarang serta parameter yang mendukung keberadaannya.

Tim survey yang di koordinir ahli orangutan S. Suci Utami Atmoko itu juga mencatat hutan tersebut ternyata memiliki 29 jenis mamalia, 16 diantaranya dilindungi, termasuk orangutan kritis, 115 jenis burung, 34 diantaranya dilindungi dan 19 jenis amphibi-reptilia. Kekayaan jenis ini memiliki potensi besar dalam mendukung kelestarian orangutan dan habitatnya di wilayah ini.

“Konversi lahan seperti perambahan, perkebunan sawit, tambang, jalan dan perburuan skala kecil adalah faktor yang paling menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup orangutan. Oleh karena itu perlu dilakukan peninjauan ulang mengenai tapal batas kawasan konservasi dan wilayah adat masyarakat setempat, tindak lanjut kegiatan yang komprehensif untuk melindungi orangutan di HL Batu Ardan dan SM Siranggas melalui pengelolaan bersama dengan masyarakat, pendidikan konservasi mengenai pentingnya pelestarian habitat dan satwa liar secara rutin kepada masyarakat, pengalihan kebiasaan masyarakat sebagai perambah melalui intensifikasi lahan yang berbasis pola pertanian lokal, ataupun pemandu ekowisata sebagai alternatif kegiatan”, pungkas Sihite (Jacko_Agun)

Thursday, July 15, 2010

TRANS TV Bantah FATMA TRANS TV


Beredarnya video porno berdurasi 2.35 menit yang mencatut nama TRANS TV beberapa hari lalu, memaksa manajamen TRANSTV menempuh jalur hukum dengan melaporkannya ke Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri, Kamis (15/07) siang.

Manajemen keberatan dengan pencatutan nama karyawan dan nama TRANS TV yang dilakukan oleh oknum tidak bertanggungjawab. Mereka pun meminta pihak kepolisian untuk mengungkap siapa dalang dibalik beredarnya video tersebut.

Dalam dua hari terakhir, di internet telah beredar luas sebuah video mesum berjudul “fatma-transtv”. Video ini dianggap telah mencemarkan nama baik stasiun televisi swasta, TRANS TV, televisi kebanggaan milik kita bersama.

Berbeda dengan rapat-rapat sebelumnya, dalam rapat mingguan divisi news kemarin (Rabu 14/7), Gatot Triyanto, selaku kepala divisi news TRANS TV menegaskan tentang kemunculan video tersebut.” diluar sana ada pihak yang sengaja ingin menjatuhkan kita dengan video mesum yang membawa-bawa nama transtv. Oknum tersebut tidak senang dengan kemajuan yang kita capai, apalagi minggu ini TRANSTV mencapai posisi kedua” ungkap Gatot dalam arahannya.

Usut punya usut, video tersebut ternyata pernah diunggah di salah satu situs dengan membawa-bawa nama TRANS TV. Video itupun sempat menggegerkan warga Tendean. Pasalnya, sekitar dua tahun lalu video yang sama, muncul dengan nama berbeda.

“itu, kan, video yang dulu sempat membuat heboh trans tv, pemainnya masih sama cuma judulnya diubah” ujar Hidayat, salah seorang karyawan TRANS TV.

Untuk membantah kebenaran video tersebut, kamis siang (15/14) pihak manajemen yang diwakili oleh Head of Marketing Public Relation, A Hadiansyah Lubis mendatangi Bareskrim Mabes Polri, guna melaporkan kasus ini.

“kami datang kesini untuk melaporkan video porno dengan file “fatma-transtv”, karena kami yakin, pemeran wanita di video tersebut bukan karyawan Trans TV”, ujar Hadiansyah.

Lebih jauh Hadiansyah menjelaskan, bahwa betul ada karyawan yang bernama Fatma, tapi yang bersangkutan sama sekali tidak mirip dengan wanita di video tersebut.

“video tersebut diambil dari sebuah situs porno yang namanya kemudian diubah menjadi fatma transtv. Tujuannya jelas ingin menjatuhkan kami”, ujarnya.

Karena itu pihak TRANS TV meminta kepada pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini, mengingat akhir-akhir ini muncul banyak video porno yang meresahkan masyarakat.

Usai menerima pihak TRANS TV, Kabid Penerangan Umum Mabes Polri, Kombes Marwoto, berjanji akan menindaklanjuti laporan tersebut.

“kalau sudah meresahkan masyarakat, polisi akan bertindak, kita akan mengusut”, jawab Marwoto kepada kru Reportase.

Namun, polisi belum memanggil orang-orang yang di duga menjadi pemeran video mesum tersebut, karena hingga saat ini identitasnya belum diketahui. (jacko agun)

Friday, July 09, 2010

2015, Pelepasliaran Orangutan Terancam Gagal


Rencana pelepasliaran orangutan ke habitat aslinya pada tahun 2015, seperti yang tercantum dalam strategi dan rencana aksi konservasi nasional orangutan, kemungkinan besar terancam gagal. Jumlah populasi yang terus menyusut disertai carut marutnya pengelolaan tata ruang bagi orangutan masih menjadi kendala. Pasalnya, sekitar 70% habitat orangutan kebanyakan tidak berada di kawasan konservasi yang peruntukan kawasannya masih tumpang tindih.

Orangutan merupakan satu-satunya kera besar yang hidup di Asia, sementara tiga kerabatnya, yaitu: golira, simpanse dan bonobo hidup di Afrika. Kurang dari 20.000 tahun lalu orangutan dapat dijumpai di seluruh Asia Tenggara, dari Pulau Jawa di ujung selatan hingga ujung utara pegunungan Himalaya dan Cina bagian selatan.

Penyebab utama mengapa terjadi penyempitan daerah sebaran adalah ulah manusia dan orangutan menyukai tempat hidup yang sama, terutama dataran alluvial di sekitar aliran sungai dan hutan rawa gambut. Pemanfaatan lahan tersebut untuk aktivitas social, ekonomi dan budaya manusia umumnya berakibat fatal bagi orangutan.

Para ahli primata sepakat untuk menggolongkan orangutan yang hidup di Sumatera sebagai Pongo abelli yang berbeda dengan Pongo pygmaeus yang menempati hutan-hutan rendah di Borneo. Dibandingkan dengan kerabatnya di Borneo, orangutan Sumatera menempati daerah sebaran yang lebih sempit.

“Orangutan di Sumatera hanya menempati bagian utara pulau itu. Mulai dari Timang Gajah, Aceh Tengah sampai Sitinjak di Tapanuli Selatan” ujar Sri Suci Utami Atmoko, salah seorang peneliti orangutan di sela-sela media briefing menghadapi International Workshop on Orangutan Conservation (IWOC) 2010.

Sementara itu, di Borneo orangutan dapat ditemukan di Sabah, Serawak dan hampir di seluruh hutan dataran rendah Kalimantan, keculai Kalimantan Selatan dan Brunai Darussalam. Orangutan di Borneo dikelompokkan ke dalam tiga anak jenis, yaitu: Pongo pygmaeus pygmaeus yang berada di di bagian utara Sungai Kapuas sampai ke timut laut Serawak, Pongo pymaeus wurmbill yang ditemukan mulai dari selatan Sungai Kapuas hingga bagian barat Sungai Barito, dan Pongo pygmaeus morio yang tersebar mulai dari Sabah hingga ke selatan mencapai Sungai Mahakam di Kalimantan Timur.

Orangutan dapat dijadikan “umbrella species” (spesies payung) untuk meningkatkan kesadaran konservasi masyarakat. “Kelestarian orangutan menjamin kelestarian hutan yang menjadi habitatnya, sehingga diharapkan kelestarian mahluk hidup lain ikut terjaga” tambah Suci.

Sebagai pemakan buah, orangutan merupakan agen penyebar biji yang efektif untuk menjamin regenerasi hutan. Orangutan juga sangat menarik dari sisi ilmu pengetahuan karena kemiripan karakter biologi satwa tersebut dengan manusia. Sebagai satu-satunya kera besar yang hidup di Asia, orangutan memiliki potensi menjadi ikon pariwisata untuk Indonesia.

Orangutan menyukai hutan hujan tropis dataran rendah sebagai tempat hidupnya, sehingga perlindungan ekosistem menjadi sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup satwa tersebut. Meskipun pemerintah telah membangun sistem kawasan konservasi seluas 6,5 juta hektar di Sumatera bagian utara dan Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, upaya pengelolaan kawasan hutan yang menjadi habitat orangutan di luar taman nasional dan cagar alam alam tidak kalah pentingnya.

“salah satu penyebab hilangya habitat orangutan adalah perencanaan tataruang yang kurang baik. Orangutan membutuhkan kawasan hutan yang ada sekarang ini tidak di konversi untuk penggunaan lain”, ungkap Jumartin Sihite, peneliti dari OCSP.

Pemanfaatan kawasan hutan, baik untuk industry kayu maupun pertanian, yang tidak memperhatikan prinsip kelestarian lingkungan terbukti berdampak sangat buruk bagi keberadaan orangutan. Konflik yang terjadi antara orangutan dan manusia diluar kawasan konservasi bahkan tidak jarang merugikan pihak pengusaha dan masyarakat.

Penyusutan dan kerusakan kawasan hutan dataran rendah yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan selama sepuluh tahun terakhir telah mencapai titik kritis yang dapat membawa bencana ekologis skala besar bagi masyarakat.

“Bagi orangutan, kerusakan kawasan hutan telah menurunkan jumlah habitat orangutan sebesar 1-1,5% per tahunnya di Sumatera. Sedangkan jumlah kehilangan habitat di Kalimantan mencapai 1, - 2% per tahunnya. Lebih tinggi jika dibandingkan dengan Sumatera” ujar Jumartin menambahkan.

Kerusakan hutan dan habitat orangutan di Kalimantan meyebabkan distribusinya menjadi terfragmentasi di kantong-kantong habitat (Revisi PHVA 2004) yang terisolir. Nasib orangutan juga diperburuk dengan ancaman perburuan dan dijadikan satwa peliharaan, bahkan sebagai sumber makanan bagi sebagian masyarakat. Kondisi yang sangat mengkhawatirkan tersebut telah menempatkan orangutan Kalimantan ke dalam kategori kritis/terancam punah (critically endangered) di dalam daftar merah UICN (2007), sebuah badan dunia yang memantau tingkat keterancaman jenis fauna secara global.

Meskipun terancam punah, tidak berarti masa depan primata itu lebih cerah dibandingkan kerabatnya di Sumatera. Hanya tindakan segera dan nyata dari semua pemangku kebijakan untuk melindungi orangutan di kedua pulau tersebut yang dapat menyelamatkan satu-satunya kera besar Asia dari ancaman kepunahan.

“penelitian menunjukkan bahwa 70% orangutan dijumpai diluar kawasan konservasi, kebanyakan di kawasan hutan produksi yang dikelola HPH/HTI ataupun hutan lindung. Selain itu orangutan juga banyak ditemukan di kawasan budidaya non kehutanan yang relatif lebih mudah di konversi ke penggunaan lain seperti; sawit dan pemukiman. Karena itulah kondisi orangutan utan seringkali terisolir” tandas Jumartin.

Kondisi orangutan yang sangat memprihatinkan mendorong para peneliti, pelaku konservasi, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk mencari solusi terbaik yang dapat menjamin keberadaan primata itu di tengah upaya negara menyejahterahkan masyarakatnya. Serangkaian pertemuan untuk menyusun strategi konservasi berdasarkan kondisi terkini orangutan pun terus diadakan, salah satunya dengan melakukan International Workshop on Orangutan Consevation 2010 di Bali 15-16 Juli mendatang. (Jacko Agun)

Thursday, July 08, 2010

Paul Masih Hidup


Kabar terbaru yang dirilis kompasiana.com (http://lomba.kompasiana.com/group/gempita-afsel/2010/07/08/paul-gurita-meninggal-setelah-meramalkan-spanyol-menjadi-pemenang-di-laga-semi-final/) perihal kematian Paul si Gurita sungguh mengejutkan. Diberitakan jika gurita kelahiran Inggris yang di pelihara di Akuarium Oberhausen- Jerman tersebut meninggal usai meramalkan pertandingan antara Jerman dan Spanyol.

Munculnya berita itu, sontak membuat anggota komunitas kompasiana bereaksi. Kebanyakan menyatakan bahwa kabar itu adalah bohong dan tidak selayaknya kompasiana.com meluluskan tulisan yang belum tentu kebenarannya.

“ini tulisan hoaxxxx… Admin kok tidur, membiarkan tulisan seperti ini.. ikutan lomba lagi… Bikin malu Kompasiana aja”, ujar Syaruddin Djalal, salah seorang anggota komunitas.

Lalu ada asdhar, anggota komunitas lain yang menyatakan, “ha ha haa… itu bukan gurita paul… video itu hoax… Video itu hoax.. kok di makan.. wakakakk”.

Kehebohan tulisan itu, membuat saya penasaran untuk melakukan penelusuran tentang benar-tidaknya berita tersebut. Anehnya, setelah melakukan browsing sana-sini, termasuk pada media-media berbahasa inggris, saya tidak menemukan satu pun berita yang membenarkan berita diatas. Kesimpulan sementara, berita tersebut adalah bohong.

“ternyata masih ada saja yang rela menulis kepalsuan demi popularitas semu… Preet..”, ujar Zuragan Qripix Pedez, anggota komunitas.

Kehebatan Paul

Beberapa hari ini, di herhelatan akbar piala dunia, perhatian masyarakat global tersedot pada kehebatan prediksi sesosok binatang laut berkaki delapan yang dikenal dengan nama Paul si gurita. Berbeda dengan gurita pada umumnya, binatang laut ini mampu memprediksi dengan tepat, pemenang dari empat laga terakhir yang masuk ke perempat final piala dunia 2010.

Seperti dilaporkan beberapa media asing, gurita berusia dua tahun tersebut mampu meramalkan kemenangan Jerman atas Australia (1-0) di laga pemubuka Grup D, lalu kalah dari Serbia (0-1), dan kembali berjaya melawan Ghana (1-0), dan pada Jumat (25/6), Paul berhasil memprediksi kemenangan Jerman atas Inggris di fase 16 besar.

Selasa (29/6), Paul si Gurita yang lahir di Weymouth, Inggris itu, bahkan memprediksi kekalahan Argentina dari Jerman (0-4) di laga perempat final 3 Juni 2010. Termasuk laga sensasional lainnya saat tim panser menumbangkan Inggris 4-1 (27/06) di partai 16 besar.

Namun sebelum laga semifinal, Paul secara mengejutkan memilih Spanyol sebagai lawan dari tim panser. Peramal berkaki delapan itu membuktikan pilihannya tepat, terutama setelah sundulan Carlos Puyol di menit 73. Akibatnya, tim Jerman di bawah asuhan Joachim Loew kandas meraih mimpi menjadi juara Piala Dunia untuk keempat kalinya.

Bagaimana Paul Melakukannya?

Banyak yang mempertanyakan bagimana Paul bisa melakukan aksi hebatnya dalam meramal setiap pertandingan yang bakal berlangsung. Dihadapan para pemburu berita, binatang lunak tak bertulang belakang ini membuktikannya dengan cara yang sangat mudah.
Sebelumnya disediakan dua buah kotak plastik transparan yang diberi bendera dua negara berbeda sebagai simbol negara yang akan berlaga di ajang piala dunia.

Kotak-kotak itu pun diisi dengan makanan gurita dalam jumlahyang sama. Lalu paul akan berputar-putar dan akan memilih sendiri kotak plastik yang disenanginya. Setelah itu ia akan berdiam di dalam kotak tersebut. Biasanya kotak tempat si gurita hinggap menjadi pertanda negara yang akan keluar sebagai pemenang.

Contohnya, saat Paul meramalkan kemenangan Jerman atas Inggris, yang bisa diartikan Der Panzer akan menang mudah atas Three Lions. Lalu kemenangan Jerman atas Argentina di perempat final.

"Ia butuh waktu yang cukup lama untuk menentukan pemenang antara Jerman dan Argentina, bahkan setelah membuka kotak berbendera Jerman ia masih menunggu lama untuk masuk ke dalam dan mengambil makananya," papar Tanja Munzig juru bicara Sea Life.

Meski demikian banyak yang tidak percaya dengan kesaktian Paul. Tetapi Munzig meyakinkan Paul punya rahasia sendiri. "Tidak ada trik, makanan yang diletakkan di dalam kotak adalah sama dan semuanya yang berada dalam kotak itu juga sama kecuali benderanya," pungkas Munzig.

Terancam di Goreng

Menurut harian De Western, Rabu 7 Juli 2010, telah ada sejumlah komentar di Facebook dan Twitter yang menyarankan agar Paul di goreng, panggang atau berubah menjadi seafood. Pun, banyak yang menyarankan agar Paul segara dilemparkan ke kolam ikan hiu.

Sementara itu, di kota Berlin ada penonton yang sangat membenci Paul dengan teriakan lagu-lagu anti gurita. Walaupun demikian, hingga saat ini setidaknya Paul sang "Gurita Peramal" masih menjadi fenomena dengan rekor sempurna.

Paul si Gurita Peramal membuat warga Jerman sakit hati. Sebelumnya Paul selalu memprediksi kemenangan Jerman di enam pertandingan. Termasuk dua laga sensasional saat tim Panser menumbangkan Inggris 4-1 dan Argentina 4-0.

Namun sebelum laga semifinal, Paul secara mengejutkan memilih Spanyol sebagai juara atas tim Panser. Peramal berkaki delapan itu membuktikan keakuratannya. Kini, di dua laga yang tersisa, masyarakat dunia masih menunggu prediksi selanjutnya. Mungkinkah Jerman berhasil menduduki posisi ke tiga ataukah Belanda berhasil menjadi juara pertama di ajang Piala Dunia 2010. (jacko agun)

(sumber foto:www.dailymail.co.uk)

Sunday, July 04, 2010

LSF Salahi Aturan Pelarangan Balibo



Keterangan saksi ahli yang dihadirkan di persidangan Pengadilan Tata usaha Negara (PTUN) Jakarta, Kamis (1/7/2010) semakin menegaskan adanya pelanggaran hukum yang dilakukan Lembaga Sensor Film (LSF).

Aktris Ratna Sarumpaet, yang hadir sebagai saksi ahli di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) DKI menilai langkah Lembaga Sensor Film (LSF) melarang film Balibo akhir tahun lalu merupakan perbuatan melanggar hukum. Menurutnya, Undang-Undang Perfilman hanya mengatur sensor beberapa bagian tertentu dalam film yang dianggap menyimpang.

“ dalam Undang-Undang Perfilman yang baru, yang bisa di sensor cuma sebagian, bukan seluruhnya”, ujar Ratna Sarumpaet seperti di kutip dari Tempo Interaktif.

Sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim, Guruh Jaya Saputra dengan Hakim Anggota, Sri Setowati dan Irman Baika digelar di PTUN mendengar keterangan saksi ahli terkait pelarangan Film Balibo di Indonesia.

Film ini dinilai kontroversi hingga akhirnya LSF mengeluarkan instruksi pelarangan pemutarannya di Indonesia. Pasalnya film ini di khwatirkan akan mengganggu hubungan dua negara, antara Indonesia dan Australia. Namun, hingga kini, hal tersebut belum terbukti. Karena itulah, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers menggugat LSF terkait pelarangan tersebut ke meja hijau PTUN.

Film Balibo bercerita tentang tragedi penembakan lima jurnalis Australia oleh tentara Indonesia yang ingin membuktikan adaya upaya pendudukan Bumi Lorosae oleh tentara Indonesia pada tahun 1975. Namun naas, saat sedang melakukan peliputan, kelimanya tewas, setelah lokasi persembunyian mereka diserbu oleh peluru panas petugas.

Sementara menurut versi resmi pemerintah Republik Indonesia, kelima jurnalis tersebut tewas saat terjadi baku tembak antara tentara pretilin dengan tentara Indonesia di Balibo, sebuah kawasan di utara Timor Timur.

Film tersebut sedianya diputar di ajang Jakarta Internasional Film Festival pada Desember 2009, namun urung terlaksana karena adanya larangan tersebut. Meski demikian, bagi kalangan tertentu, seperti wartawan dan aktivis, keberadaan film tersebut masih bisa dinikmati di beberapa tempat di Jakarta. AJI merupakan institusi yang turut aktif menyebarluaskan tentang pentingnya film ini bagi jurnalis. Tentu saja, karena film ini bercerita tentang jurnalis.

“kita merasa film ini perlu di tonton oleh Jurnalis, agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali. Safety journalis harusnya menjadi prioritas”, ujar Iman D. Nugroho anggota AJI Jakarta yang menjadi panitia aksi nonton bareng Balibo, beberapa waktu lalu.

Aksi pelarangan yang membabi buta tersebut ternyata tidak sesuai aturan. Ratna menilai LSF telah bertindak gegabah, karena tidak berdialog dengan pembuat film terlebih dahulu. Menurutnya, LSF tidak meminta pendapat pembuat film, malah melarangya secara utuh. “hal ini sangat fatal”, ujar perempuan yang juga aktivis hak azasi manusia itu.

Sementara itu, mantan wakil ketua Dewan Pers periode lalu, Sabam Leo Batubara mengungkapkan bahwa pelarangan film tersebut, telah menempatkan LSF lebih tinggi ketimbang undang-undang. Dalam pasal 28F UUD 1945 disebutkan bahwa Negara menjamin hak warga Negara memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya. Warga juga berhak memiiki, menyimpan dan mengolah serta menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

"Kalau film itu cabul, mendorong terorisme, perjudian, boleh di sensor. Di jaman orde baru, wartawan tidak boleh ke Timor Timur dan tulis apapun yang dikatakan pemerintah atau tentara. Tapi di era reformasi, kita tahu banyak informasi masa orde baru tidak benar”, ujarnya sebagai saksi ahli di persidangan.

Lebih jauh, Leo menambahkan, bahwa sekarang ini ada versi lain tentang peristiwa itu, seharusnya masyarakat berhak tahu. “sekarang rakyat kita sudah cerdas, sudah mampu memilih presiden sendiri, apalagi jika hanya memilih film yang akan di tonton” lanjutnya.

Leo berpendapat, sebagai produk seni, pembuat film sah-sah saja menghakimi atau berpihak. Jika ada pihak yang tidak setuju, bisa melakukan diskusi dalam forum publik atau klarifikasi di media massa. Pun, tidak salah jika membuat film tandingan. Leo setuju jika pemerintah wajib melindungi rakyat. Namun, rakyat berhak untuk mendapat informasi.

Mantan angota Komando Pasukan Khusus, Kol. Purn. Gatot Purwanto, yang hadir sebagai saksi fakta di persidangan mengungkapkan peristiwa sebenarnya yang terjadi di Balibo. Menurutnya, kejadian di Balibo tidak persis seperti yang tampak dalam film. “wajar saja jika di dramatir, namanya juga film, supaya terlihat menarik” ujarnya beberapa waktu lalu, usai acara menonton bareng film Balibo.

Gatot yang saat itu bergabung dalam penyerbuan kota Balibo bersama dengan satuan-satuan lain, baru mengetahui ada lima jurnalis asing yang tewas, usai melakukan pembersihan. Saat itu Gatot masih berpangkat Letnan Satu.

“ada lima orang kulit putih yang meninggal. Kamera pun ditemukan tak jauh dari jasad mereka. Kami duga mereka adalah wartawan”, paparnya. “Berbeda dengan di film, kelima jurnalis tersebut tewas akibat tertembak, bukan ditangkap lalu ditembak dalam keadaan hidup apalagi di bakar”, tandasnya. (jacko agun)

ANTARA - Lingkungan

Climate Change News - ENN