Friday, October 15, 2010

Demokratisasi di Bidang Pangan


Memperingati Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada 16 Oktober mendatang, PBB mensyaratkan adanya perubahan mendasar terhadap jenis makanan dan penelitian pertanian yang lebih bertanggungjawab kepada masyarakat. Untuk itu proses demoktratisasi dibutuhkan.

Peneliti PBB tentang hak untuk pangan, Dr. Olivier De Schutter yang didukung oleh ribuan orang dari berbagai belahan dunia menguraikan penelitiannya dalam sebuah buku dan dalam bentuk publikasi multimedia di IIED (international Institute for Environment and Development) terkait pentingnya tanggungjawab sosial terhadap masyarakat.

Penelitiannya berfokus pada studi kasus di Afrika Barat lengkap dengan visual yang menampilkan suara dan keprihatinan produsen makanan dari seluruh wilayah.

Sebuah situs di internet (www.excludedvoices.org) juga meluncurkan berita yang sama tentang keprihatinan produsen makanan yang mulai terpinggirkan di beberapa wilayah, seperti Afrika Barat, Asia Selatan, Timur Tengah dan wilayah Andean Amerika Selatan, pada tanggal 16 Oktober nanti.

"Makanan dan kebijakan pertanian serta penelitian cenderung mengabaikan nilai-nilai, kebutuhan, pengetahuan dan kekhawatiran orang-orang yang menyediakan makanan bagi kita. Pasalnya, produsen lebih cenderung melayani kepentingan komersial", kata pemimpin proyek dr Michel Pimbert dari IIED (international Institutefor Environment and Development).

"Penelitian pertanian dan kebijakan harus bergeser pada kebutuhan masyarakat petani dan apa yang konsumen inginkan. Petani dan warga negara harus memainkan peran sentral dalam menentukan prioritas strategis bagi penelitian pertanian dan kebijakan pangan", ujar Michel menambahkan.

Publikasi multimedia tersebut juga menyajikan temuan dari masyarakat umum selaku dewan juri yang diselenggarakan oleh IIED pada tahun 2010, di mana petani, peternak, pengolah makanan dan konsumen dari beberapa Negara, seperti: Mali, Senegal, Burkina Faso dan Benin mendengar bukti dari saksi ahli dan membuat rekomendasi tentang masa depan penelitian pertanian dan perusahaan pemerintah yang terlibat di bidang pertanian.

Para juri meminta keterlibatan langsung dalam desain dan pelaksanaan penelitian pertanian, dengan cara penelitian harus lebih fokus pada peningkatan produktivitas varietas tanaman lokal dan praktek-praktek pertanian seperti berbagi benih. Sehingga tidak terjebak pada pemahaman pertanian yang lebih intensif dengan mengandalkan benih hibrida dan input eksternal mahal.

"demokratisasi penelitian pertanian adalah penting bagi mereka yang berusaha untuk membuat hak asasi manusia untuk makanan menjadi kenyataan," tulis De Schutter.
De Schutter juga menambahkan tentang perlunya keterlibatan warga terhadap kontribusi yang signifikan terhadap nilai-nilai kunci partisipasi dan kepemilikan yang berada di jantung demokratisasi.

Situs ini menunjukkan bagaimana proses paralel yang berlangsung di Afrika Barat dan petani skala kecil di Asia, Amerika Latin dan Timur Tengah menginginkan agar warga negara memiliki kontrol dalam penelitian pertanian.

"Pencapaian kedaulatan pangan memerlukan pengetahuan secara radikal, berbeda dari yang ditawarkan di lembaga-lembaga penelitian dan kebijakan pemerintah saat ini," tutur Michel Pimbert.

Sebuah arus transformasi tergantung pada petani dan warga dalam memutuskan apa saja jenis penelitian pertanian yang mereka inginkan, untuk siapa dan bagaimana harus di buat. Lalu di mana dan oleh siapa penelitian dilakukan, serta apa konsekuensi atas penelitian tersebut.

Dalam laporannya, Scutter memapaparkan tentang perlunya proses demokrasi yang dijelaskan di awal bagi ketahanan pangan, karena sejak dulu semua kebijakan ditetapkan dari atas, bukan “bottom up”. Demokratisasi ini menjadi penting terkait dengan sumber penghidupan lokal dan kesejahteraan manusia. Pun tidak ketinggalan dengan ketahanan terhadap perubahan iklim."

"pengalaman krisis pangan 2008 lalu menjadi pengalaman berharga untuk menunjukkan realita betapa kemajuan penelitian pertanian yang dicapai, tetapi tetap saja sekitar satu miliar orang masih kelaparan," ujar Farah Karimi, direktur eksekutif Oxfam.

Fakta lain menunjukkan, bahwa dalam dunia yang tingkat saling ketergantungannya sangat tinggi, tantangan global berupa: perubahan iklim, makanan dan krisis keuangan pasti menekan sistem pangan. Oleh karena itu, yang lebih penting adalah memeriksa kembali seberapa besar kemampuan ketahanan pertanian kita, baik dalam kontribusi pangan lokal maupun global.

Meski buku ini secara spesifik menyoroti isu-isu petani Afrika Barat tentang bagaimana mereka melihat penelitian pertanian terbaik melayani kepentingan mereka dan masyarakat global melalui sistem pangan yang berkelanjutan dan adil, setidaknya bisa menjadi cerminan betapa kompleksnya masalah ketahanan pangan yang harus segera diperbaiki.

Sebagai rekanan NGO internasional, Oxfam, merasa senang mendukung penelitian tersebut. Oxfam memuji karya Dr. Olivier De Schutter dan IIED, bukan hanya untuk analisis kritis dan ditulis dengan baik, tetapi juga untuk kreatifitasnya mengedepankan suara petani Afrika Barat dalam bentuk buku dan publikasi inovatif multi-media. (Jacko Agun)

ANTARA - Lingkungan

Climate Change News - ENN