Sunday, October 16, 2016

Ahok diantara jerat panjang nan berduri

(Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Sumber: http://seword.com)

"Menyalahkan orang lain atas ketidak bahagiaan yang kau ciptakan sendiri ialah selemah-lemahnya iman..."
~Mpok Juleha, 27 tahun, sosialita legging macan

Beberapa waktu lalu, Gubernur DKI Jakarta Basuki “Ahok" Tjahaja Purnama akhirnya meminta maaf terkait pernyataannya soal Surat Al Maidah ayat 51. Permintaan maaf itu ia sampaikan di hadapan sejumlah wartawan yang telah mununggunya di Balai Kota, pasca berkembangnya polemik yang dianggap membuat gaduh umat Islam. 

Belakangan banyak yang menyebut upaya minta maaf itu, tak lain atas usulan Megawati Soekarnoputri (Ketua Umum PDIP) dan Presiden Jokowi. Kendati demikian, hanya Ahok dan Tuhan yang tahu. Dan yang pasti Ahok sudah meminta maaf.

Saturday, October 08, 2016

Ramanujan dan cinta yang bergelora

(Srinivasa Ramanujan, ahli matematika asal India. Sumber: www.ramanujanitcity.com)
While asleep, I had an unusual experience. There was a red screen formed by flowing blood, as it were. I was observing it. Suddenly a hand began to write on the screen. I became all attention. That hand wrote a number of elliptic integrals. They stuck to my mind. As soon as I woke up, I committed them to writing.
-Srinivasa Ramanujan

Kemarin malam, disela-sela waktu yang terbatas, saya menyempatkan diri menonton The Man Who Knew Infinity di internet. Selidik punya selidik, film berdurasi 1 jam 48 menit itu ternyata baru dirilis pada 29 April lalu. Artinya, film tersebut masuk kategori fresh alias film baru, demikian akal sehat saya membagi sebuah film berdasarkan waktu rilisnya.

Bagi sutradara, Matthew Brown, film The Man Who Knew Infinity merupakan “biopic” tentang tokoh bernama Srinivasa Ramanujan, ahli matematika asal Madras, India yang akhirnya bergabung dengan Trinity College Cambridge pada Perang Dunia I, lewat anjuran GH Hardy, seorang berpengaruh di universitas itu.

Sunday, October 02, 2016

Bukan Sekedar Kata "Maaf"

(Ilustrasi 1965. Sumber: www.indeksberita.com)

“History repeats itself, first as tragedy, second as farce.”
- Karl Marx 

Baru saja, tanggal 30 September berlalu. Sebuah tanggal yang menjadi catatan kelam dalam sejarah bangsa ini. Tanggal yang dianggap keramat, sehingga membicarakannya pada masa itu (baca: tahun 1965) bisa berbuntut panjang. Takut dianggap terlibat dengan Gerakan 3o September (G30S) yang katanya didalangi PKI, meskipun pembuktiannya masih sumir.

Tahun ini menjadi peringatan ke-51 terjadinya peristiwa G30S yang telah membawa penderitaan besar bagi warga negara Indonesia. Bagi mereka yang dituduh terlibat PKI sehingga harus dibunuh atau berujung pada pemenjaraan tanpa proses peradilan. Pun tak sedikit yang harus di buang ke Pulau Buru.

ANTARA - Lingkungan

Climate Change News - ENN