Wednesday, July 26, 2006

"Semoga Muzijat Menyentuhmu!!"

@#%$!!!*&&****

Sudah dua hari ini bubu mengalami hal yang sama. Muntah-muntah dan mencret! Penyebab kejadiannya pun masih simpang-siur. Apakah karena salah makan, atau faktor kebersihan, yang membuatnya bisa begitu, kami selaku orang tua masih bingung karenanya.

Sejak kepulangannya dari Medan beberapa hari lalu, kondisinya semakin lesu. Awalnya, penyakit mencret-mencretnya tidak terlalu sering. Tapi dua hari kemudian, kondisinya semain parah. Panas tinggi pun mulai ikut-ikutan menyerang. Akibat itu, kondisinya semakin melemah. Tubuhnya pun semakin kurus. Bahkan keceriaan yang selama ini terpancar dari wajah mungilnya mulai semakin padam, seiring penyakit yang menggerogoti fisiknya.

Kini, tak kutemukan lagi tubuh kecilnya yang montok seperti dua bulan lalu. Saat itu aku masih ingat, ketika dia dan mamanya pergi ke Medan, tuk menjenguk neneknya yang sedang sakit parah. Sifatnya yang aktif plus wajahnya yang penuh canda, selalu menghiasi hari-hari kami kala itu. Aku juga masih ingat, kalo setiap malam, kami selalu ber kejar-kejaran di tempat tidur, yang akan berakhir dengan tawa cekikiannya. Sungguh aku tak bisa melupakan saat-saat itu.

Tapi dibalik sakit yang di deritanya, ada perbedaan besar yang kini terjadi. Bubu, yang sebulan lalu belum bisa mengucapkan kata-kata, sekarang mulai lancar melafalkan beberapa buah kata. Kurang lebih sepuluh kata baru bisa diucapkannya kini, mulai dari: mama, papa, bubu, bebek, nenek, mimi, enak, ini, lima dan ma’em. Tapi itu juga belum apa-apa dibanding responnya terhadap sesuatu. Kini, jika disuruh untuk mengambil sesuatu atau melengkapi sesuatu, dia pasti akan melakukannya dengan sigap.

Tak kalah dengan sikapnya tadi, bubu pun kini telah lancar berjalan. Kalo dulu, kami sangat khawatir melihat posisi berjalannya yang belum stabil. Kini Kami tak terlalu takut lagi, pasalnya keseimbanganya sudah mantap. Bahkan,untuk saat-saat tertentu, dia sudah bisa berlari. Melihat semua itu, aku hanya bisa bersyukur, semoga organ-organ tubuhnya berkembang sempurna. Mungkin ini juga yang dialami orangtuaku dulu, atau bahkan semua orang tua yang bangga melihat perkembangan anaknya.

Sampai ketika tulisan ini belum kelar, aku baru saja mendapat kabar, kalo anakku itu, kembali mengalami muntah dan mencret. Dengan suara tersedu-sedu, istriku mengatakan kalo kondisi bubu belum juga membaik, padahal baru saja dia diberi obat. Tapi, lagi-lagi semua itu harus dimuntahkan.

Rasanya, sudah begitu banyak doa yang kupanjatkan untuk kesembuhan anakku ini, tapi sampai kini hasilnya belum kelihatan. Tapi, aku masih belum menyerah! Walau sejuta doa, aku pasti melakukannya, sampai sebuah muzijat menyentuhnya. Sama seperti kuasa Bapa yang pernah menyentuhku, aku juga yakin bubu pun pasti mengalaminya. Sebab Dia yang diatas sana, tak pernah berubah dahulu, sekarang dan sampai selamanya.

Dari lubuk hati yang terdalam, aku mencintaimu, nak! Dengan segenap hatiku dan dengan segenap jiwa ragaku! Jangan pernah lupakan cinta kami. Kami pun selalu menunggu kesembuhanmu. Kami rindu canda tawamu. Kami rindu ceriamu menghiasi sisi-sisi kehidupan kami. Aku mengasihimu anakku.

Tuk anakku. Semoga muzijat itu nyata!




No comments:

Post a Comment