(Foto wefie pasangan cagub & cawagub DKI 2017. Source: @aniesbaswedan IG) |
“Kita itu bersahabat dalam artian, sebernarnya kita kenal baik, berkawan. Kita ingin tunjukkan ini adalah festival gagasan, karya dan rencana. Ini bukan arena pertempuran, ini arena kita memilih. Kita harus merayakan demokrasi ini dengan gembira,”
-Anies Baswedan
Ada yang berbeda yang ditampilkan oleh pasangan calon (paslon) yang akan berlaga di Pilkada DKI 2017 nanti. Perbedaan itu terlihat ketika para pasangan calon kompak melakukan foto bersama yang dilakukan secara mandiri (baca: wefie). Foto bersama itu dilakukan di sela waktu pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintohardjo, Jakarta Pusat, pada Sabtu (24/9/2016).
Menurut saya, foto yang kemudian viral di beragam media sosial itu telah memberi banyak pelajaran berharga. Pelajaran yang jarang dipertunjukkan oleh para kandidat sebelumnya yang akan berlaga di pilkada. Pelajaran tentang sebuah kekompakan.
Ketika melihat foto itu pertama kali, jujur saja, saya kaget. Tidak menyangka jika para kandidat yang sejatinya merupakan kompetitor yang akan berlaga, memperlihatkan sikap seperti itu. Pasalnya, ketika momen pilkada dimulai, biasanya menjadi tanda bahwa betul genderang perang telah dibunyikan. Bahwa betul, segala cara akan dilakukan untuk mengalahkan pasangan lawan.
Itu sebabnya, ketika musim pilkada tiba, selalu saja model-model kampanye hitam, dan kemunculan haters seakan tak terbendung. Masing-masing kandidat siap berlaga mengalahkan pasangan lawan, bukan dengan mengedepankan ide dan gagasan namun seringkali berujung pada sentimen yang sejatinya tidak perlu, seperti primordialisme dan SARA.
Saya juga masih ingat, ketika tahapan pilkada dimulai, desas desus mulai beredar luas di masyarakat. Jika saat ini, eranya sosial media, maka di tahun-tahun lalu, kampanye hitam ditularkan lewat rumor, lewat cerita-cerita yang kadangkala sulit dipastikan kebenarannya. Uniknya, di akar rumput, cerita-cerita itu cenderung ampuh untuk merubah pola pandang terhadap pasangan calon tertentu.
Sejak kemunculan media sosial di awal-awal milenium baru, kecenderungan masyarakat, --tidak hanya berpendidikan tinggi namun juga rendah--, secara membabi buta mulai akrab beragam informasi yang beredar secara viral. Banyak masyarakat mulai menyebarkan informasi yang menurut mereka pas di hati. Apakah informasi itu valid, nanti dulu. Mereka tak terlalu peduli.
Situasi mulai berubah, seingat saya pasca pilpres 2014 lalu, ketika mulai banyak anjuran, agar masyarakat hanya menyebarkan informasi yang jelas sumbernya. Informasi yang sudah melalui verifikasi dan bukan propaganda. Kendati demikian, masih saja ada orang-orang/ pihak yang secara sadar atau tidak, menebar info yang tidak jelas kebenarannya di media sosial.
Kondisi itu akhirnya membuat Polri mengeluarkan Surat Edaran (SE) soal penanganan ujaran kebencian atau hate speech. Harapannya, masyarakat bertanggungjawab dengan postingan mereka di media sosial. Saat menyebarkan sebuah informasi, masyarakat sudah mengetahui dampak yang ditimbulkannya.
Kondisi itu akhirnya membuat Polri mengeluarkan Surat Edaran (SE) soal penanganan ujaran kebencian atau hate speech. Harapannya, masyarakat bertanggungjawab dengan postingan mereka di media sosial. Saat menyebarkan sebuah informasi, masyarakat sudah mengetahui dampak yang ditimbulkannya.
Harapan Netizen
Sabtu (24/9) siang, sebuah foto menampilkan keceriaan 3 pasangan calon yang siap berlaga di pilkada DKI beredar luas di media sosial. Foto pasangan calon dalam satu frame itu seakan membuktikan bahwa mereka begitu akrab. Foto itu sendiri diambil oleh mantan Mendikbud Anies Baswedan di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintohardjo, Jakarta Pusat.
Ketiga pasangan calon itu adalah Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang diusung PDI Pejuangan, Nasdem, Hanura dan Golkar. Lalu pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murniyang diusung Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan, PKB dan PAN, serta pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang diusung Gerindra dan PKS.
Dari informasi yang beredar luas di media, diketahui foto itu diambil secara swafoto alias selfie oleh Anies Baswedan. Melalui akun Instagramnya (baca: @aniesbaswedan), Anies memberi penjelasan singkat tentang foto tersebut.
“Swafoto menjelang pemeriksaan kesehatan”, tulis Anies Baswedan.
Anies selaku penggagas foto bersama itu sengaja mengajak kandidat lain untuk berfoto karena kebetulan sedang menggenggam ponsel.
"Saya bilang, saya ada kamera, yok kita selfie. Saya yang punya ide. Waktu itu sebelahnya Pak Basuki, terus langsung kami kumpul," kata Anies, dikutip dari Kompas.com.
Mendapat ajakan itu, pasangan calon lainnya setuju dan ikut bergabung. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu sempat 3 kali mengambil foto. Foto terbaik yang ia unggah ke media sosial Instagram. Tak menunggu lama, foto itu menjadi viral. Hal itu sengaja dilakukan untuk menunjukkan bahwa meski akan berlaga, mereka tetap dalam suasana yang bersahabat.
Ketika foto itu beredar luas, hampir semua netizen merasa takjub sembari mengucapkan syukur. Netizen menilai, apa yang dipertontonkan para pasangan calon merupakan sesuatu hal yang baik dan layak dicontoh. Sesuatu yang seharusnya dibudayakan.
Berikut beberapa komentar para netizen yang saya sarikan dari facebook. Komentar-komentar itu, saya tampilkan apa adanya. Komentar-komentar jujur para netizen tentang sebuah harap.
Eko Hadi Murwanto : Gini kan enaak... adeeemm... Semoga model kampanye nya juga adem adem.
Thanding Sari Seru: Semoga tetap kondusif sampai selesai perhelatan pilgub DKI.
Priyo Pamungkas Kustiadi :Calonnya pada becanda. Anak buahnya tegang2an.
Kanti Saja : Saya suka foto2 ini..mereka memberi contoh berpolitik yang bahagia. gak pake benci2an.
Khairu Syukrillah Ajib : Gitu donk.
Zahrul Azhar Hans “ Memang para kopral dan suporter biasanya lebih heboh dripada pemain aslinya hehehe.
Ilma Sovri Yanti Ilyas : Keren bisa bareng, bersama dan terlihat akrab.
Justin S. Rahmani : seneng ya lihatnya pada akur gitu. biasanya pendukung fanatik buta yang gemar sebar2 fitnah
Mohammad Nur Habibi : Senyum kedamaian....
Rospita Sinaga : Damai itu indah...pray for pilgub dki.
Swary Utami Dewi : Mereka santai santai saja, kok yg mau milih pada heboh dan hujat hujatan. He he.
Mariam Anita : Kalau begini ai jg demen asal seterusnya looooo.....gak sementara.
Jika melihat komentar-komentar diatas, jujur saja saya bisa memahaminya. Maklum, selama ini masyarakat sudah bosan dengan politik adu domba yang dilakukan oleh orang-orang tak bertanggungjawab. Masyarakat menginginkan sebuah perubahan. Perubahan yang lebih bermartabat dengan mengedepankan cara-cara yang elegan dan lebih manusiawi.
Sebuah Festival
Media sosial kini ramai memperbincangkan kemunculan foto bersama yang memperlihatkan kekompakan diantara tiga pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta. Foto yang diunggah oleh Anies Baswedan itu menjelaskan secara visual keakraban diantara mereka.
Anies yang saat itu berdiri bersebelahan dengan cagub DKI Petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, mengajak Ahok berfoto bersama. Menurut Anies, kegiatan wefie itu dilatari persahabatan di antara mereka. Pasalnya, mereka berteman baik dan kenal satu sama lain.
Jika tidak akrab, maka sulit rasanya komunikasi akan terjalin dua arah. Contohnya, ketika kita baru pertama kali bertemu dengan seseorang. Keengganan pasti terasa.
"Kami ingin tunjukkan kepada semua, bahwa ini sebuah festival. Festival gagasan, festival karya, festival rencana. Ini bukan arena pertempuran," kata Anies seperti dikutip dari Liputan6.com.
Ya, saya setuju bahwa pilkada hanyalah sebuah festival. Sebuah kegiatan yang digelar tiap 5 tahun sekali untuk menunjukkan atau lebih tepatnya menawarkan ide, gagasan dan karya terbaru. Pilkada bukanlah segalanya. Pilkada juga bukan pertempuran tanpa akhir.
Selain itu, pilkada menjadi ajang terbaik untuk memilih. Pilkada merupakan aktualisasi dari demokrasi itu sendiri, sehingga masyarakat Jakarta mampu memilih pemimpin terbaik dalam suasana yang bersahabat.
Karena itu, saya sepakat dengan komentar Anies yang menyebut jika mereka adalah calon pasangan yang bersahabat. Oleh karena itu, para pendukung juga harus berada pada situasi yang mengedepankan persahabatan, sebagaimana Indonesia dikenal sebagai bangsa yang beradab.
Lalu bagaimana pendapat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)? Bagi Ahok, meski harus bertarung dalam perebutan kursi DKI 1, hal itu tidak membuat suasana menjadi panas. Menurut ahok, semua kandidat adalah kawan, bukan lawan.
"Kenapa mesti lawan? Temen semua kok. Kamu kira main bola," ujar Ahok.
Senada dengan Ahok, cagub DKI yang diusung Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono justru menegaskan jika pertemuan mereka menjadi awal yang baik. Awal untuk menjalin silahturahmi dan saling mendoakan.
Lebih jauh, agus bahkan berharap agar pilkada berjalan secara demokratis. Berjalan dengan lancar tanpa hambatan berarti.
"Proses ini semua berjalan dengan sangat demokratis dan memberi ketenangan bagi semuanya. Bukan sebaliknya," tutur Agus dikutip dari Liputan6.com.
Sementara bagi saya, keakraban yang terlihat di foto seharusnya jadi cerminan yang layak diikuti semua pendukung. Dengan senyum sumringah yang mereka tunjukkan, semoga kampanye-kampanye negatif, apalagi yang bernuansa SARA tidak terjadi. Hemat saya, kampanye model begitu, eranya sudah lewat. Sudah tak laku lagi.
Kini, yang harus dikedepankan adalah berkompetisi secara sehat. Kompetisi yang dijalankan dengan riang gembira namun tetap mengedepankan rasa silaturahmi. Saling mendoakan dan memberikan selamat bagi siapapun yang berhasil di Pilgub DKI 2017 mendatang.
Alasannya, siapapun pemenangnya nanti, semua itu tak lebih dari sebuah keberuntungan. Sebuah gift yang telah digariskan. Pun, bukan akhir segalanya. Dan dunia tidak runtuh karenanya.
Saya lalu menyebutnya, sebagai sebuah proses yang harus dijalani. Proses yang pada gilirannya akan mencerdaskan bangsa. Tentang pentingnya sebuah kompetisi yang sehat dan bermartabat. Tentang pembelajaran akan demokrasi itu sendiri.
Lalu, diantara ketiga pasangan calon yang ada, siapakah yang terbaik? Bagi saya, ketiganya merupakan putra-putri terbaik yang dimiliki bangsa ini. Kandidat terbaik yang siap untuk dipilih oleh warga Jakarta sebagai pengemban amanat warga ibukota.
Karena itu, siapapun yang menang nanti, mereka tak bisa bermegah diri. Tentu saja, karena tugas besar segera menanti. Warga Jakarta siap menunggu gebrakan mereka untuk membenani beragam persoalan, mulai dari kemacetan, banjir, pembenahan pemukiman liar, sistem administrasi yang efisien hingga persoalan pendidikan dan kesehatan.
Lalu, diantara ketiga pasangan calon yang ada, siapakah yang terbaik? Bagi saya, ketiganya merupakan putra-putri terbaik yang dimiliki bangsa ini. Kandidat terbaik yang siap untuk dipilih oleh warga Jakarta sebagai pengemban amanat warga ibukota.
Karena itu, siapapun yang menang nanti, mereka tak bisa bermegah diri. Tentu saja, karena tugas besar segera menanti. Warga Jakarta siap menunggu gebrakan mereka untuk membenani beragam persoalan, mulai dari kemacetan, banjir, pembenahan pemukiman liar, sistem administrasi yang efisien hingga persoalan pendidikan dan kesehatan.
Seperti kementar Anies yang menyebut Pilkada tak ubahnya sebuah festival, maka saya pun mengamininya. Kita (baca: warga DKI) harus bersiap dan menyambutnya dengan parade terbaik. Dengan penampilan terbaik yang kita punya, caranya dengan menjaga agar pilkada DKI berjalan demokratis tanpa kecurangan. (jacko agun)
No comments:
Post a Comment