“Mas, tolong matiin lampunya! Ntar penampakannya bisa hilang”, ujar Hari, anggota tim pemburu hantu yang menemaniku malam itu. Menyimak instruksi tersebut, dengan segera kumatikan lampu ultralight yang sedari tadi menyala guna mendokumentasikan setiap momen yang terjadi.
Untuk lima menit pertama, kami diam membisu. Tak mengeluarkan kata sedetik pun. Suasananya begitu hening! Hanya pekatnya malam plus nyanyian jangkrik yang mengiringi irama syahdu tempat itu. Menurut skenario yang disusun, seharusnya posisiku berada di sebelah kanan Komar, - salah seorang tim pemburu yang ditempatkan sebagai umpan untuk memancing munculnya mahluk-mahluk ghaib-. Sedangkan posisinya Hari, berjarak ± 7m di sebelah kirinya komar, untuk merekam penampakan yang terjadi.
Awalnya, aku ingin mengambil gambar bersama Hari, tapi berhubung kamera yang kubawa tidak memiliki fasilitas infra red. Jadilah, kamera tersebut lebih banyak diistirahatkan. Hanya beberapa shot gambar yang berhasil kuabadikan. Itupun sudah sangat mengganggu tim, karena keberadaan cahaya ternyata membuat keberadaan sosok ghaib enggan muncul. Menurut mereka, frekuensi yang ditimbulkan mahluk itu sangat rendah, masuk dalam kategori infra red. Sehingga, hanya kamera dengan fasilitas infra red/ night vision yang berhasil menangkap sosok tersebut.
Merasa kehadiranku lebih banyak mengganggu, karena terlalu sering mengeluarkan cahaya, -baik cahaya lampu kamera maupun headleamp-. Hari mengusulkan agar aku bergabung saja dengan Komar, untuk menunggu penampakan dari tempat itu. Kupikir, sebuah ide yang cerdas. Lagian dari pada sendiri di pojokan, Lebih baik berdua bareng Komar.
Menurut Komar, di tempat ini, dia ketemu sosok yang mengerikan 2 minggu lalu. Saat itu menjadi perburuan mereka yang pertama. Kondisinya yang benar-benar takut, membuat pemunculan sosok tersebut begitu cepat. Tak sampai 10 menit, sosok gimbal dengan mata dan mulut yang hancur menyembul keluar, bergoyang-goyang di sela-sela pohon pisang yang memang banyak di tempat itu. Awalnya hanya sekelebatan bayangan saja. Tapi, karena yang dijadikan umpan (baca: komar) begitu takut. Dalam sekejab sosok itu berubah solid. Begitu nyata!
Berbeda dengan pengalaman 2 minggu lalu, kini komar sedikit lega dengan kehadiranku. Akhirnya kami ngobrol ngalar-ngidul tentang segala hal. Mulai dari kehidupan pribadi, sampai hal-hal mistis yang pernah dialaminya. “Jika ada yang menemani, saya jadi tak takut lagi”, ungkapnya.
Beberapa saat berlalu, kehadiaran mahluk-mahluk aneh itu mulai dirasakan Komar. Pasalnya, sejak bergabung di Padepokan SoeroengPati, indra keenamnya semakin terlatih. Benar saja, tak lama berselang, muncul bunyi lemparan benda kecil, yang kami tak tahu asalnya dari mana. Mendengar gelagat itu, sontak kuarahkan lampu ke sekeliling. Tapi, tak ada keanehan yang terlihat. Hanya seonggok tumbuhan hutan yang tampak berdiri kokoh, diselingi remah-remah gugurnya dedaunan hutan.
Lepas dari lemparan-lemparan tadi, kini sekeliling berubah menjadi dingin. Padahal sebelumnya tak ada angin yang berhembus. Tiba-tiba saja hawa dingin yang menusuk tulang segera menyergap. “Ini nih, pertanda awal munculnya mahluk ghaib”, ucap komar. Saat kutanya, dimana pastinya mahluk itu berada. Dia hanya menggeleng, gak bisa memprediksi. “Wujudnya masih terlalu halus. Ntar beberapa menit lagi, mungkin bakal kelihatan” kilahnya.
Dalam perburuan, suasana seperti ini tak terlalu baik. Pasalnya, jika kita tidak takut (baca: ditandai dengan energi kita yang lebih besar dibanding sosok tersebut), kemunculan mahluk ghaib jadi sulit. Sedangkan jika kita takut, penampakan terbilang mudah. Tapi, jika kita tidak siap, tak jarang kesurupan jadi perilaku aneh yang kerap mendera. Jadi serba salah!
@!@!@!
Jujur, aku gak terlalu mafhum dengan kegiatan yang satu ini (berburu hantu: red). Rencana untuk meliput hal-hal yang berbau mistik pun, tak pernah terbersit sebelumnya. Hanya, karena potensi share/ rating untuk tayangan yang bersifat mistik cukup besar. Mau gak mau, kami harus melakukan peliputan dengan topik aneh. “Mistik” temanya. Secara tak sengaja, saat berada di Jawa Timur, tepatnya di Pasuruan. Kami bertemu dengan mbah Warok (baca: pemimpin padepokan Soeroengpati, tempat pemburu hantu berada), yang kebetulan akan melakukan perburuan mahluk ghaib, di sebuah lokasi yang dianggap keramat oleh masyarakat setempat.
Menilik ajakan tersebut, kami langsung bersemangat. Dengan harapan, semoga ada penampakan yang berhasil diabadikan. Apalagi, untuk episode mistis yang sedang kami liput, sudah 2 segmen berhasil digarap; Gua Gempyong, tempat pertapaan Raden Wijaya (Raja Majapahit I) di Pacet dan Rumah setan di Surabaya. Kini tinggal 1 segmen yang tersisa!
Malam tanpa bintang, pertanda munculnya nuansa magis semakin kuat. Secara perlahan iring-iringan tim pemburu hantu memasuki arena, setelah sebelumnya melalui jalanan kampung yang berdebu dan berakhir pada pematang-pematang sawah. Lokasi yang benar-benar senyap, membuat bulu kudukku segera bergidik. Maklum, aku agak peka dengan hawa-hawa aneh, seperti di tempat ini. Sejurus kemudian, mbah Warok mulai komat-kamit membaca mantra sambil membakar kemenyan dan koran yang telah dipersiapkan sebelumnya. Ini menjadi ritual yang sering dilakukan guna mendukung kelancaran kegiatan. “Ritual ini berguna untuk membentengi semua tim, sekaligus kulonuwon dengan penghuni tempat ini”, ungkap mbah Warok sembari menghisap rokok kemenyannya dalam-dalam.
Sejurus kemudian, tim di bagi tiga. Dua tim bergerak melakukan perburuan ke dalam hutan yang dianggap keramat, sedang sisanya menunggu di luar kawasan untuk melakukan pemantauan. Hal ini berguna, untuk siaga dan memberi bantuan, jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan. Untuk mengabadikan kegiatan ini, aku berkesempatan mengikuti timnya Hari. Kabarnya, kamera Hari yang telah diritualkan terlebih dahulu, terlihat sering menangkap fenomena magis suatu tempat dibanding tim lainnnya. Sedangkan tim satu lagi, dipimpim Ambar bergerak kearah timur.
@!@!@!
Merasa di tempatku gak terjadi penampakan. Iseng-seng ku kirim pesan singkat lewat ponsel ke seorang teman yang berada di luar kawasan. Tak lama berselang pesan balasan pun masuk. Isinya: “Segera kemari, didepan kami ada penampakan”. Membaca itu, dengan perlahan di tuntun Komar, aku beranjak meninggalkan lapak perburuan menuju lokasi tim ketiga. Disana tampak mbah Warok ditemani beberapa orang pemburu sedang mengamati sebatang pohon pisang. Jika dilihat sekilas, tak tampak keanehan. Tapi, begitu melirik handycamnya mereka, kita akan takjub dengan munculnya sesosok bentuk transparan yang lama kelamaan berubah padat. Sungguh, ini saat-saat menegangkan dimana pemunculan mahluk gaib berhasil diabadikan ke dalam bentuk audio visual.
Tak jauh dari sosok tersebut, tepatnya di rimbunan pohon di depan kami. Para pemburu hantu mulai merasakan aura kehadiran mahluk ghaib lainnya. Kini, sesosok mahluk berpakaian putih -menurut penuturan mereka-, muncul di ujung sana. Berhubung, aku gak bisa melihat keberadaan sosok tersebut, aku hanya diam saja. Apalagi saat mereka mengatakan, mahluk itu mulai terusik dengan keberadaan kami. Aku jadi bertambah bingung! “Kok, aku gak bisa lihat, ya!”, gumanku lirih! Sampai-sampai temanku yang juga punya indra keenam berujar; Nah lho, lihat tuh! Dia mulai terbang ke sebelah kanan. Gila gerakannya kayak yang di film-film aja.
Penasaran dengan penampakan yang bisa dinikmati semua orang. Aku jadi terlihat bodoh. Untungnya rasa keingintahuanku, segera dianulir mbah Warok. Untuk Itu, aku pun diajak melihat lebih dekat. Tepatnya di ujung pematang sawah, di sebelah kanan rimbunan pohon yang diduga tempat kemunculnya mahluk tersebut. Lagi-lagi, disini aku hanya melihat batang-batang pohon yang berdiri tegak begitu rapat. Saat Ambar, -tim pemburu- merujuk sesosok putih yang terjuntai vertikal. Rasa penasaranku semakin tinggi! Kini, lamat-lamat dapat kulihat sosok itu. Awalnya, aku senang dengan keberhasilan ini. “Wah, mataku semakin awas”, pikirku! Tapi saat sayup-sayup diseberang sana, muncul sinar dari senter tim pemburu lain yang menerangi sosok tersebut. Aku jadi kecewa! Pasalnya, sosok yang kuduga penampakan, ternyata hanya sebuah pohon yang memiliki garis putih disepanjang batangnya. Dasar, penampakan yang menipu!
@!@!@!
Tak puas dengan lokasi tadi, kembali kami mencoba peruntungan di tempat lain yang tak kalah angkernya. Konon, lokasi kedua ini merupakan tempat pembantaian orang-orang yang dituduh terlibat PKI dulu. Selain itu, lokasi ini menjadi ajang berkumpulnya berbagai mahluk buruk rupa, yang memang telah mendiaminya sejak dulu kala, demikian penuturan mbah Warok satelah melalui penerawangan ke alam mereka.
Terang saja, apa yang dikatakan mbah warok terasa benar. Sebab, begitu memasuki tempat ini, aroma aneh dengan suasana mistis segera menyapa. Ini yang membuatku agak malas untuk masuk kesana. Selain aku gak bisa melihat yang ghaib-ghaib, aku pun gak diperbolehkan menyalakan lampu. Jadi, kupikir gak banyak artinya aku disana. Biar mereka saja yang melakukan perburuan. Ntar, tinggal lihat hasilnya! Tapi, rekanku berpandangan lain. Pasalnya, jika aku tak ada disana, ntar pengambilan gambar yang dilakukan oleh kru pemburu hantu, bisa dikatakan rekayasa. Sedangkan untuk sebuah berita, fakta menjadi penting. Ini dapat ditunjukkan dengan keberadaan tim peliput di lokasi yang sebenarnya. Sehingga, hal-hal yang mungkin bersifat rekaan dapat ditepis, jika kita (baca: jurnalis) ada di TKP (baca: tempat kejadian perkara)
Berbeda dengan lokasi yang pertama tadi, penampakan kasat mata lebih dimungkinkan di tempat ini. Walau bentuknya tidak sesolid hasil perburuannya Komar tempo lalu, tapi kemunculannya emang ada. Mulai dari bentuk cahaya yang hilang timbul, lalu berubah banyak dengan gerakan yang melingkar-lingkar, dilanjutkan dengan pemunculan mahluk kerdil putih di dahan pohon, sampai timbulnya sosok transparan diantara batang bambu.
Fenomena ini semakin jelas terlihat saat preview (baca: melihat lewat media monitor) dilakukan berulang ulang. Pasalnya, penampakan berupa cahaya yang terlihat tersebut tidak sejelas hasil yang direkam kamera. Menurut penuturan mereka, cahaya tersebut dikenal dengan nama “Banaspati”, mahluk ghaib yang sangat mengerikan dengan wujud kepala yang menyala merah laksana terbakar api. Kabarnya, para pemburu itu pernah mengalami hal yang mengerikan, ketika melakukan perburuan di sana. Kala itu, banyak diantara mereka yang kesurupan, saat bertemu wujud tersebut. Sampai-sampai, sosok itu terus mengejar mereka, bahkan ketika sudah keluar dari lokasi. “Sumpah, seram banget bentuknya”, ujar Ambar, salah satu tim pemburu.
Pantas saja, ketika melihat gelagat cahaya merah mulai melakukan pembesaran. Ambar, yang menemaniku saat itu, terlihat panik. Siap-siap untuk melarikan diri, menjauhi lokasi perburuan. Untungnya, ntah kenapa, tiba-tiba saja cahaya itu mengecil dan langsung menghilang ditelan pekatnya malam.
Puas dengan hasil visual yang berhasil direkam kamera. Kami pun beranjak menuju rumah “Gus-Lo”, -tempat salah seorang anggota tim yang dijadikan base camp-. Disinilah, kami melakukan preview pertama, untuk melihat ada tidaknya penampakan yang berhasil di record. Dan hasilnya, sungguh luar biasa! Semua penampakan itu benar-benar nyata. Anggapan, yang menyatakan bahwa kehadiran mahluk ghaib tidak bisa tertangkap kamera gugurlah sudah. Kini semua terpampang jelas di depan mata.
Semoga saja, bahan-bahan tadi cukup layak dinikmati pemirsa, sebagai sebuah tontonan yang setidaknya bisa menghibur, dan memberi gambaran tentang sebuah dunia yang lekat dengan kita. Dunia itu adalah "dunia lain".
Untuk lima menit pertama, kami diam membisu. Tak mengeluarkan kata sedetik pun. Suasananya begitu hening! Hanya pekatnya malam plus nyanyian jangkrik yang mengiringi irama syahdu tempat itu. Menurut skenario yang disusun, seharusnya posisiku berada di sebelah kanan Komar, - salah seorang tim pemburu yang ditempatkan sebagai umpan untuk memancing munculnya mahluk-mahluk ghaib-. Sedangkan posisinya Hari, berjarak ± 7m di sebelah kirinya komar, untuk merekam penampakan yang terjadi.
Awalnya, aku ingin mengambil gambar bersama Hari, tapi berhubung kamera yang kubawa tidak memiliki fasilitas infra red. Jadilah, kamera tersebut lebih banyak diistirahatkan. Hanya beberapa shot gambar yang berhasil kuabadikan. Itupun sudah sangat mengganggu tim, karena keberadaan cahaya ternyata membuat keberadaan sosok ghaib enggan muncul. Menurut mereka, frekuensi yang ditimbulkan mahluk itu sangat rendah, masuk dalam kategori infra red. Sehingga, hanya kamera dengan fasilitas infra red/ night vision yang berhasil menangkap sosok tersebut.
Merasa kehadiranku lebih banyak mengganggu, karena terlalu sering mengeluarkan cahaya, -baik cahaya lampu kamera maupun headleamp-. Hari mengusulkan agar aku bergabung saja dengan Komar, untuk menunggu penampakan dari tempat itu. Kupikir, sebuah ide yang cerdas. Lagian dari pada sendiri di pojokan, Lebih baik berdua bareng Komar.
Menurut Komar, di tempat ini, dia ketemu sosok yang mengerikan 2 minggu lalu. Saat itu menjadi perburuan mereka yang pertama. Kondisinya yang benar-benar takut, membuat pemunculan sosok tersebut begitu cepat. Tak sampai 10 menit, sosok gimbal dengan mata dan mulut yang hancur menyembul keluar, bergoyang-goyang di sela-sela pohon pisang yang memang banyak di tempat itu. Awalnya hanya sekelebatan bayangan saja. Tapi, karena yang dijadikan umpan (baca: komar) begitu takut. Dalam sekejab sosok itu berubah solid. Begitu nyata!
Berbeda dengan pengalaman 2 minggu lalu, kini komar sedikit lega dengan kehadiranku. Akhirnya kami ngobrol ngalar-ngidul tentang segala hal. Mulai dari kehidupan pribadi, sampai hal-hal mistis yang pernah dialaminya. “Jika ada yang menemani, saya jadi tak takut lagi”, ungkapnya.
Beberapa saat berlalu, kehadiaran mahluk-mahluk aneh itu mulai dirasakan Komar. Pasalnya, sejak bergabung di Padepokan SoeroengPati, indra keenamnya semakin terlatih. Benar saja, tak lama berselang, muncul bunyi lemparan benda kecil, yang kami tak tahu asalnya dari mana. Mendengar gelagat itu, sontak kuarahkan lampu ke sekeliling. Tapi, tak ada keanehan yang terlihat. Hanya seonggok tumbuhan hutan yang tampak berdiri kokoh, diselingi remah-remah gugurnya dedaunan hutan.
Lepas dari lemparan-lemparan tadi, kini sekeliling berubah menjadi dingin. Padahal sebelumnya tak ada angin yang berhembus. Tiba-tiba saja hawa dingin yang menusuk tulang segera menyergap. “Ini nih, pertanda awal munculnya mahluk ghaib”, ucap komar. Saat kutanya, dimana pastinya mahluk itu berada. Dia hanya menggeleng, gak bisa memprediksi. “Wujudnya masih terlalu halus. Ntar beberapa menit lagi, mungkin bakal kelihatan” kilahnya.
Dalam perburuan, suasana seperti ini tak terlalu baik. Pasalnya, jika kita tidak takut (baca: ditandai dengan energi kita yang lebih besar dibanding sosok tersebut), kemunculan mahluk ghaib jadi sulit. Sedangkan jika kita takut, penampakan terbilang mudah. Tapi, jika kita tidak siap, tak jarang kesurupan jadi perilaku aneh yang kerap mendera. Jadi serba salah!
@!@!@!
Jujur, aku gak terlalu mafhum dengan kegiatan yang satu ini (berburu hantu: red). Rencana untuk meliput hal-hal yang berbau mistik pun, tak pernah terbersit sebelumnya. Hanya, karena potensi share/ rating untuk tayangan yang bersifat mistik cukup besar. Mau gak mau, kami harus melakukan peliputan dengan topik aneh. “Mistik” temanya. Secara tak sengaja, saat berada di Jawa Timur, tepatnya di Pasuruan. Kami bertemu dengan mbah Warok (baca: pemimpin padepokan Soeroengpati, tempat pemburu hantu berada), yang kebetulan akan melakukan perburuan mahluk ghaib, di sebuah lokasi yang dianggap keramat oleh masyarakat setempat.
Menilik ajakan tersebut, kami langsung bersemangat. Dengan harapan, semoga ada penampakan yang berhasil diabadikan. Apalagi, untuk episode mistis yang sedang kami liput, sudah 2 segmen berhasil digarap; Gua Gempyong, tempat pertapaan Raden Wijaya (Raja Majapahit I) di Pacet dan Rumah setan di Surabaya. Kini tinggal 1 segmen yang tersisa!
Malam tanpa bintang, pertanda munculnya nuansa magis semakin kuat. Secara perlahan iring-iringan tim pemburu hantu memasuki arena, setelah sebelumnya melalui jalanan kampung yang berdebu dan berakhir pada pematang-pematang sawah. Lokasi yang benar-benar senyap, membuat bulu kudukku segera bergidik. Maklum, aku agak peka dengan hawa-hawa aneh, seperti di tempat ini. Sejurus kemudian, mbah Warok mulai komat-kamit membaca mantra sambil membakar kemenyan dan koran yang telah dipersiapkan sebelumnya. Ini menjadi ritual yang sering dilakukan guna mendukung kelancaran kegiatan. “Ritual ini berguna untuk membentengi semua tim, sekaligus kulonuwon dengan penghuni tempat ini”, ungkap mbah Warok sembari menghisap rokok kemenyannya dalam-dalam.
Sejurus kemudian, tim di bagi tiga. Dua tim bergerak melakukan perburuan ke dalam hutan yang dianggap keramat, sedang sisanya menunggu di luar kawasan untuk melakukan pemantauan. Hal ini berguna, untuk siaga dan memberi bantuan, jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan. Untuk mengabadikan kegiatan ini, aku berkesempatan mengikuti timnya Hari. Kabarnya, kamera Hari yang telah diritualkan terlebih dahulu, terlihat sering menangkap fenomena magis suatu tempat dibanding tim lainnnya. Sedangkan tim satu lagi, dipimpim Ambar bergerak kearah timur.
@!@!@!
Merasa di tempatku gak terjadi penampakan. Iseng-seng ku kirim pesan singkat lewat ponsel ke seorang teman yang berada di luar kawasan. Tak lama berselang pesan balasan pun masuk. Isinya: “Segera kemari, didepan kami ada penampakan”. Membaca itu, dengan perlahan di tuntun Komar, aku beranjak meninggalkan lapak perburuan menuju lokasi tim ketiga. Disana tampak mbah Warok ditemani beberapa orang pemburu sedang mengamati sebatang pohon pisang. Jika dilihat sekilas, tak tampak keanehan. Tapi, begitu melirik handycamnya mereka, kita akan takjub dengan munculnya sesosok bentuk transparan yang lama kelamaan berubah padat. Sungguh, ini saat-saat menegangkan dimana pemunculan mahluk gaib berhasil diabadikan ke dalam bentuk audio visual.
Tak jauh dari sosok tersebut, tepatnya di rimbunan pohon di depan kami. Para pemburu hantu mulai merasakan aura kehadiran mahluk ghaib lainnya. Kini, sesosok mahluk berpakaian putih -menurut penuturan mereka-, muncul di ujung sana. Berhubung, aku gak bisa melihat keberadaan sosok tersebut, aku hanya diam saja. Apalagi saat mereka mengatakan, mahluk itu mulai terusik dengan keberadaan kami. Aku jadi bertambah bingung! “Kok, aku gak bisa lihat, ya!”, gumanku lirih! Sampai-sampai temanku yang juga punya indra keenam berujar; Nah lho, lihat tuh! Dia mulai terbang ke sebelah kanan. Gila gerakannya kayak yang di film-film aja.
Penasaran dengan penampakan yang bisa dinikmati semua orang. Aku jadi terlihat bodoh. Untungnya rasa keingintahuanku, segera dianulir mbah Warok. Untuk Itu, aku pun diajak melihat lebih dekat. Tepatnya di ujung pematang sawah, di sebelah kanan rimbunan pohon yang diduga tempat kemunculnya mahluk tersebut. Lagi-lagi, disini aku hanya melihat batang-batang pohon yang berdiri tegak begitu rapat. Saat Ambar, -tim pemburu- merujuk sesosok putih yang terjuntai vertikal. Rasa penasaranku semakin tinggi! Kini, lamat-lamat dapat kulihat sosok itu. Awalnya, aku senang dengan keberhasilan ini. “Wah, mataku semakin awas”, pikirku! Tapi saat sayup-sayup diseberang sana, muncul sinar dari senter tim pemburu lain yang menerangi sosok tersebut. Aku jadi kecewa! Pasalnya, sosok yang kuduga penampakan, ternyata hanya sebuah pohon yang memiliki garis putih disepanjang batangnya. Dasar, penampakan yang menipu!
@!@!@!
Tak puas dengan lokasi tadi, kembali kami mencoba peruntungan di tempat lain yang tak kalah angkernya. Konon, lokasi kedua ini merupakan tempat pembantaian orang-orang yang dituduh terlibat PKI dulu. Selain itu, lokasi ini menjadi ajang berkumpulnya berbagai mahluk buruk rupa, yang memang telah mendiaminya sejak dulu kala, demikian penuturan mbah Warok satelah melalui penerawangan ke alam mereka.
Terang saja, apa yang dikatakan mbah warok terasa benar. Sebab, begitu memasuki tempat ini, aroma aneh dengan suasana mistis segera menyapa. Ini yang membuatku agak malas untuk masuk kesana. Selain aku gak bisa melihat yang ghaib-ghaib, aku pun gak diperbolehkan menyalakan lampu. Jadi, kupikir gak banyak artinya aku disana. Biar mereka saja yang melakukan perburuan. Ntar, tinggal lihat hasilnya! Tapi, rekanku berpandangan lain. Pasalnya, jika aku tak ada disana, ntar pengambilan gambar yang dilakukan oleh kru pemburu hantu, bisa dikatakan rekayasa. Sedangkan untuk sebuah berita, fakta menjadi penting. Ini dapat ditunjukkan dengan keberadaan tim peliput di lokasi yang sebenarnya. Sehingga, hal-hal yang mungkin bersifat rekaan dapat ditepis, jika kita (baca: jurnalis) ada di TKP (baca: tempat kejadian perkara)
Berbeda dengan lokasi yang pertama tadi, penampakan kasat mata lebih dimungkinkan di tempat ini. Walau bentuknya tidak sesolid hasil perburuannya Komar tempo lalu, tapi kemunculannya emang ada. Mulai dari bentuk cahaya yang hilang timbul, lalu berubah banyak dengan gerakan yang melingkar-lingkar, dilanjutkan dengan pemunculan mahluk kerdil putih di dahan pohon, sampai timbulnya sosok transparan diantara batang bambu.
Fenomena ini semakin jelas terlihat saat preview (baca: melihat lewat media monitor) dilakukan berulang ulang. Pasalnya, penampakan berupa cahaya yang terlihat tersebut tidak sejelas hasil yang direkam kamera. Menurut penuturan mereka, cahaya tersebut dikenal dengan nama “Banaspati”, mahluk ghaib yang sangat mengerikan dengan wujud kepala yang menyala merah laksana terbakar api. Kabarnya, para pemburu itu pernah mengalami hal yang mengerikan, ketika melakukan perburuan di sana. Kala itu, banyak diantara mereka yang kesurupan, saat bertemu wujud tersebut. Sampai-sampai, sosok itu terus mengejar mereka, bahkan ketika sudah keluar dari lokasi. “Sumpah, seram banget bentuknya”, ujar Ambar, salah satu tim pemburu.
Pantas saja, ketika melihat gelagat cahaya merah mulai melakukan pembesaran. Ambar, yang menemaniku saat itu, terlihat panik. Siap-siap untuk melarikan diri, menjauhi lokasi perburuan. Untungnya, ntah kenapa, tiba-tiba saja cahaya itu mengecil dan langsung menghilang ditelan pekatnya malam.
Puas dengan hasil visual yang berhasil direkam kamera. Kami pun beranjak menuju rumah “Gus-Lo”, -tempat salah seorang anggota tim yang dijadikan base camp-. Disinilah, kami melakukan preview pertama, untuk melihat ada tidaknya penampakan yang berhasil di record. Dan hasilnya, sungguh luar biasa! Semua penampakan itu benar-benar nyata. Anggapan, yang menyatakan bahwa kehadiran mahluk ghaib tidak bisa tertangkap kamera gugurlah sudah. Kini semua terpampang jelas di depan mata.
Semoga saja, bahan-bahan tadi cukup layak dinikmati pemirsa, sebagai sebuah tontonan yang setidaknya bisa menghibur, dan memberi gambaran tentang sebuah dunia yang lekat dengan kita. Dunia itu adalah "dunia lain".
No comments:
Post a Comment