Monday, August 21, 2017

Pakaian Adat Yang Mempersatukan

(source: twitter @Mapala_UI)
"Biar tahu, kita ini beragam. Karena Indonesia itu memang sangat beragam. Kita kan tahu, ratusan pakaian adat yang kita punya. Inilah Indonesia," 
--Presiden Joko Widodo

Lewat layar televisi, saya melihat ada yang berbeda dari perayaan HUT ke-72 Republik Indonesia di Istana Merdeka, pada 17 Agustus 2017. Jika biasanya para undangan diminta mengenakan pakaian rapi (setelan jas), kini mereka dan peserta upacara diwajibkan mengenakan pakaian adat tradisional.

Menggunakan pakaian adat di perayaan hari kemerdekaan, memang belum pernah terjadi sebelumnya. Biasanya pakaian adat lebih banyak dikenakan pada saat momen tertentu, seperti peringatan hari lahir Kartini, acara yang berbau budaya, hingga pawai kebudayaan.

Saya melihat, sejak pagi, para tamu undangan yang datang mengenakan berbagai macam pakaian adat. Ada yang menggunakan pakaian adat Jawa, Betawi, Kalimantan, Sumatera hingga Papua. Sebuah pemandangan yang jarang terjadi di Istana Merdeka.

Di momen bersejarah itu, Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat “Tanah Bumbu” asal Kalimantan Selatan, sementara Ibu Negara mengenakan balutan busana khas Minang, Sumatera Barat. Adapun Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memakai pakaian adat suku bugis, dan ibu Mufidah mengenakan pakaian tradisional Minangkabau, Sumatera Barat. 

Seingatku, momen mengenakan pakaian adat oleh para pejabat dan tamu undangan, terakhir kali terjadi pada 1 Juni lalu, tepatnya di momen peringatan hari lahir Pancasila. Saat itu, sejumlah menteri yang hadir mengenakan pakaian adat asal daerahnya.

Lalu pada 16 Agustus lalu, di acara Sidang Tahunan MPR di gedung MPR/DPR/DPD, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla hadir mengenakan pakaian adat untuk menyampaikan pesan mendalam soal keberagaman di Indonesia.

"Pesan simbolis kuat ditunjukkan Presiden Jokowi bahwa Indonesia itu sangat beragam, terdiri dari berbagai suku dan budaya," demikian isi siaran pers sekretariat presiden.

Dengan menggunakan pakaian adat daerah, Presiden dan Wakil Presiden ingin menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari beragam suku, budaya, ras dan agama yang berbeda. Meski berbeda, namun tetap satu dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kerangka Bhinneka Tunggal Ika.

Bahkan, dalam pidatonya Presiden Jokowi sempat menyinggung salam kebangsaan dalam bahasa daerah Sabang, Merauke, Miangas, dan Rote. Hal itu sekaligus menunjukkan jika Presiden menaruh perhatian pada setiap jengkal wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.

Narasi Makna Pakaian Adat
Dalam pertemuan dengan pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto menyebut penggunaan pakaian adat dalam upacara HUT RI melambangkan keragaman yang dimiliki Indonesia.

“Indonesia bukan hanya Jawa, tapi terdiri dari beragam etnis suku, ras dan agama, termasuk ornamen pakaian adat yang menjadi ciri khas daerah masing-masing”, ujar Gun Gun.

Gun Gun menjelaskan jika penggunaan baju adat, selain melambangkan keragaman yang tidak hanya satu suku, namun juga berbicara tentang persatuan. Karena itu, inisiatif istana mempersatukan lewat pakaian adat layak diacungi jempol.

“Apa yang ditampilkan di HUT ke-72 RI merupakan dramaturgi yang lengkap, bahwa Indonesia itu beragam tapi tetap bersatu”, ujarnya.

Gun Gun juga melihat, penggunaan bahasa “kultural” menjadi jauh lebih impresif untuk menunjukkan narasi kebudayaan yang selama ini seakan terlupakan. Narasi kebudayaan yang mungkin sangat terkesan normatif.

"Apa yang ditunjukkan memang hanya simbolik. Tapi simbol itu memiliki makna substantif yang sangat kuat, bahwa kita Indonesia. Indonesia yang satu" pungkasnya.

Teringat Mapala UI
Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat Kalimantan saat menjadi Inspektur Upacara HUT ke-72 RI di Istana Merdeka. Presiden Jokowi ingin menunjukkan bahwa Indonesia memiliki beragam budaya.

"Ini kan ratusan pakaian adat yang kita miliki. Suatu saat Kalimantan, Sumatera, Papua, Jawa, karena budaya kita sangat beragam." ujar presiden seperti dikutip dari Kompas.

Menggunakan pakaian adat, mengingatkan saya akan tradisi yang dilakukan rekan-rekan Mapala UI. Sejak puluhan tahun silam, rekan-rekan dari Universitas Indonesia itu selalu mengenakan pakaian adat saat acara pelantikan anggota baru dan perayakan HUT Kemerdekaan RI di Alun-alun Mandalawangi, Gunung Pangrango, Jawa Barat.

“Kebayang, kan, betapa seru dan ribetnya menggunakan pakaian adat di puncak gunung?’, ujar seorang rekan yang kebetulan anggota Mapala UI.

Menurut rekan saya itu, merayakan kemerdekaan sambil mengenakan pakaian adat merupakan cara Mapala UI untuk menghargai keberagaman. Keberagaman yang dimiliki oleh mahasiswa UI dan masyarakat Indonesia secara umum.

Bagi saya, kesadaran rekan-rekan Mapala UI akan keberagaman memang patut diapresiasi. Pasalnya, sejak semula mereka telah menyadari bahwa Indonesia itu beragam dan keberagaman harus dipelihara dan dipertahankan.

Ketika saat ini, banyak pihak yang mulai meninggikan ego kelompoknya, ego agamanya, hingga suburnya militansi sektarianisme yang berlebihan, ternyata di saat yang bersamaan pula ada sekelompok pemuda yang meyakini bahwa bersatu itu penting, meski pada dasarnya berbeda.

Adakah ini yang menjadi cerminan, ketika Presiden Jokowi akhirnya memutuskan memperingati HUT kemerdekaan dengan mengenakan pakaian adat? Mungkinkah Jokowi telah mengatahui tradisi tahunan Mapala UI ini lalu mengadopsinya untuk acara kenegaraan?

Ntah!!! Hanya Presiden Jokowi dan Tuhan yang tahu.

Sementara itu, secara umum, banyak yang beranggapan, menggunakan pakaian adat tak lebih dari sekedar seremoni belaka. Pun, tak sedikit yang berpikiran bahwa pakaian adat sebaiknya digunakan di acara-acara adat saja. 

Namun, ketika HUT ke-72 RI mengharuskan para tamu mengenakan pakaian adat, tiba-tiba banyak yang tak menyangka, bahwa kehadiran pakaian adat telah memberi arti yang berbeda. Arti yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.

Selain munculnya rasa kecintaan akan tanah air Indonesia, saya merasakan penghormatan akan budaya asli Indonesia yang luar biasa. Penghargaan yang tak pernah muncul sebelumnya. Kecintaan akan Indonesia yang meluap-luap.

Arti Keberagaman 
Untuk memastikan ide penggunaan pakaian adat di HUT ke-72 Kemerdekaan RI, iseng-iseng saya melakukan riset internet. Hasilnya, saya menemukan jika penggunaan pakaian adat dalam upacara kemerdekaan merupakan ide Presiden Jokowi sendiri. Melalui kebijakan tersebut, Presiden ingin menunjukkan bahwa Indonesia adalah negeri kaya dan beragam.

"Biar tahu, kita ini beragam. Karena Indonesia itu memang sangat beragam. Kita kan tahu, ratusan pakaian adat yang kita punya. Inilah Indonesia," ujar presiden sebelum mengikuti upacara pengibaran bendera.

Atas dasar itu lah, tak mengherankan jika penggunaan pakaian adat juga diberlakukan saat penurunan bendera merah putih. Bahkan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) diwajibkan menggunakan pakaian tradisional.

"Ini misalnya, Paspampres pakai pakaian daerah adat Melayu. Ada yang pakai Minahasa juga yang itu. Pangling kan?" ujar Jokowi seraya tertawa seraya kamera tertuju padanya.

Pada perayaan HUT Kemerdekaan RI tahun ini Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat asal Kalimantan Selatan, sementara Ibu Negara mengenakan balutan busana khas Minang, Sumatera Barat. Semua itu dilakukan untuk menunjukkan bahwa pakaian adat merupakan simbol nasionalisme. Pertanda bagi persatuan aneka suku, ras, bahasa dan agama. Karena kita memang berbeda, namun tetap satu sebagai bangsa. Bangsa Indonesia yang bhinneka. (jacko agun)

No comments:

Post a Comment