Sejak
Anas Urbaningrum di periksa beberapa waktu lalu, KPK masih belum mengeluarkan
daftar cekal untuk mencegah Anas bepergian ke luar negeri. Sementara statusnya
juga belum diputuskan. Rencananya, dalam pekan ini KPK baru akan melakukan
gelar perkara untuk menentukan apakah penanganan Hambalang dinaikkan ke tahap
penyidikan atau masih perlu pendalaman. Pun, demikian dengan nasib Anas.
KPK
juga sudah memegang daftar kekayaan Anas Urbaningrum yang dinilai fantastis. Hal ini sengaja tidak
di bocorkan ke publik, mengingat ini merupakan jurus pamungkas KPK untuk
menjerat Anas.
Terkait
penyelidikan Hambalang, KPK sendiri telah dua kali memanggil Anas. Pemanggilan
pertama untuk mengonfirmasi data yang didapat penyelidik, baik dari keterangan
mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, maupun dari anggota
Komisi II DPR, Ignatius Mulyono. Kepada penyelidik, kedua orang itu menyebut
keterlibatan Anas dalam penyelesaian sertifikat tanah Hambalang.
Sementara
pada pemanggilan kedua, Anas mengaku ditanya penyidik mengenai apakah pernah
mengadakan pertemuan dengan PT Adhi Karya selaku perusahaan rekanan Hambalang
atau tidak.
Hingga
kini desakan agar KPK menyelidiki indikasi tindak pidana korupsi terkait
pembangunan gedung pusat pelatihan olahraga Hambalang yang menelan biaya hingga
Rp 1,1 triliun terus bergulir. Pasalnya, penggerusan uang rakyat demi
kepentingan partai dan elit partai semakin nyata.
Terkait
kasus Hambalang, pembangunan gedung sendiri merupakan satu bagian tersendiri.
Padahal jika kita jeli, masih ada persoalan lain, yakni pengadaan barang yang
sedang diselidiki juga oleh KPK. Kabarnya disana aroma korupsi kental terasa.
So, tinggal menunggu waktu dan skala prioritas saja.
Skenario
Selamatkan Demokrat
Seiring
dengan pemeriksaan KPK, dugaan konspirasi untuk menumbangkan Anas mungkin saja
terjadi. SBY yang tak ingin tangannya kotor terlihat menghindar dengan
menyerahkan kasus ini pada jalur hukum. Sementara bagi rival partai(baca:
Golkar), kondisi ini dimanfaatkan untuk menjatuhkan atau setidaknya mencoreng
muka Demokrat sebagai partai yang katanya anti korupsi, meski belakangan partai
tersebut juga dilanda isu serupa.
Berdasarkan
informasi dari lingkungan KPK, lembaga pemberantas korupsi ini sebenarnya telah
memiliki 2 alat bukti yang cukup untuk menjerat Anas. Salah satunya berasal
dari pengakuan Angie. Pasalnya, Angie merasa partainya tidak berbuat banyak
untuk menyelamatkannya.
Meski
di dera isu tak sedap, elektabilitas Partai Demokrat ternyata masih cukup baik,
berkisar 11 % atau 2 digit. Ini artinya, masyarakat masih melihat kasus Partai
Demokrat sebagai sesuatu yang kasuistik. Masyarakat menanggapinya sebagai kesalahan
elit partai semata, bukan kebijakan partai secara keseluruhan.
Satu-satunya
jalan menyelamatkan partai adalah dengan menyingkirkan Anas. Jika hal itu
terjadi, diperkirakan suara demokrat akan balik di angka 15%, dan ini yang
sedang diusahakan oleh para pendiri, termasuk SBY.
Jika
ternyata Anas tetap melawan, maka SBY akan turun langsung melengserkan Anas
dari ketua umum. Pasalnya, data terakhir menyebutkan sekitar 80 % DPP Parta
Demokrat setuju langkah ini. Suara yang awalnya mendukung Anas pun mulai
berpaling.
Kabarnya
SBY mendelegasikan tugas ini kepada Ibu
Ani sebagai pengemban misi untuk meloloskan Anas masuk perangkap KPK. Buktinya,
semua gubernur yang berasal dari Partai Demokrat merupakan orang pilihannya bu
Ani. Sementara Anas, hanya kebagian menentukan jabatan level Bupati atau
Walikota saja.
Kondisi
ini yang memungkinkan setiap arahan dari dewan Pembina akan diterima tanpa
penolakan. Ketika pucuk pimpinan telah di pegang, maka bawahannya tinggal
mengikuti. Ini merupakan cara jitu yang memang telah dipikirkan jauh-jauh hari.
Saat
segala bujuk rayu dilakukan demi meloloskan Anas sebagai ketua umum, ternyata
hal ini tidak berpengaruh banyak. Faktanya,
kekuatan Anas di daerah mulai dilumpuhkan. Para gubernur yang berasal
dari Demokrat diintruksikan untuk menetralkan kekuatan organisasi organisasi,
serta wajib mengamankan DPC hingga tingkat PAC agar hanya taat kepada arahan
ketua dewan Pembina saja.
Ketika
kekuatan Anas tinggal 30% di seluruh daerah, SBY dan elit partai akan mendorong
Anas ke KPK. Pun dipastikan Anas tidak akan selamat dari jerat korupsi,
apalagi Anas memang terlibat langsung
memimpin penjarahan APBN saat menjadi ketua Fraksi demokrat DPR RI.
Ini
sebuah langkah besar, karena jika terus dibiarkan elektabilitas Partai Demokrat
bakal anjlok hingga angka 8 %. Dengan begitu kekuatan demokrat akan hancur di
2014. Sementara bagi partai lain ini adalah peluang besar.
Peluang
Partai Golkar
Menyikapi
peluang yang terjadi, Golkar ternyata
telah merancang strategi yang tak kalah penting jauh sebelumnya. Cara paling
ampuh adalah dengan menaikkan elaktibilitas partai dengan memanfaatkan
kelemahan pihak lawan. Singkatnya, Golkar menginginkan elaktivilitas demokrat
jatuh hingga level 8 % atau 1 digit. Dengan begitu, pilihan masyarakat yang
tersisa hanya Golkar.
Disebutkan
pula, bahwa sejak lama Golkar telah melakukan operasi siluman untuk mengganjal
Demokrat. Setidaknya sejak 5 tahun yg lalu. Pertemuan elit partai Golkar juga sering dilakukan
untuk membahas bagaimana caranya agar Anas tidak buru-buru di ringkus KPK. Mereka juga menyusun strategi agar Demokrat
tersandera oleh kasus korupsi Anas.
Sementara
itu dukungan dari partai lain juga mulai terjalin. Salah satu yang sangat nyata
adalah sumbangan data dari utusan PKS. Disebutkan PKS ikut menyumbang data
elektronik yang bisa digunakan untuk menggulingkan Anas. Dengan data tersebut
Anas tidak bisa mengelak.
Di
saat seperti ini, Golkar seakan berada di atas angin. Pasca pemeriksaan Anas,
secara perlahan elektabilitasnya merambat naik. Ini merupakan sinyalemen
positif, dimana masyarakat mulai berpaling dari Demokrat. Masyarakat
mendambakan perubahan. Masyarakat benci korupsi. Hal ini diketahui karena
Golkar sengaja menyewa lembaga survei untuk memantau elektabilitas partai
berlambang beringin ini.
Kabarnya,
bagian terhebat dari skenario tersebut akan terjadi pada minggu ini. Akan ada
kejutan istimewa, dimana nasib Anas segera ditentukan oleh KPK. Seperti apa
gerangan kejutan tersebut, sepertinya akan lebih menarik untuk ditunggu. (jacko
agun)
*foto:
http://article.wn.com