Saturday, April 30, 2016

#AADC2 Sebuah Romantisme!

(Film #AADC2. Source: http://teraktual.co)

Jumat malam (29/4) tak ada yang berbeda di kantor. Semua berjalan normal. Seperti biasa. Kami yang kebetulan kebagian melanjutkan shift malam, mulai terjebak akut dalam rutinitas, yang jujur saja memang menjemukan.

Awalnya tak ada yang memperhatikan, ketika seorang teman mulai kasak kusuk di komputer kosong yang segera ditempatinya itu. Komputer itu berada persis di sisi kananku. Di komputer itu, ia langsung browsing ke laman berbagi video, YouTube.

Tak perlu menunggu lama, ia pun mendapatkan apa yang dicari. Full movie “Ada Apa Dengan Cinta” (AADC). Cukup dengan mengetik keyword “Apa Dengan Cinta”, maka serentetan item dengan judul serupa bermunculan. Selanjutnya, tinggal pilih satu diantaranya.

Sunday, April 24, 2016

Tragedi 65 & Nyanyian Yang Dibungkam

(Album Prison Song. Sumber: rappler.com)
Simposium Tragedi 1965 yang berlangsung 2 hari sejak Senin (18/04) dan Selasa (19/04) baru saja usai. Simposium itu digelar pemerintah bersama Komnas HAM, akademisi, dan lembaga penyintas. Simposium itu diharapkan menjadi ajang rekonsiliasi nasional, meski pendekatannya mendapat banyak pertentangan.

Ketua panitia pengarah simposium, Agus Widjojo, seperti dikutip dari media massa, berharap pendekatan sejarah akan memberikan hasil objektif berdasarkan fakta dalam rangka "pengungkapan kebenaran untuk memberikan pemahaman komprehensif tentang latar belakang terjadinya Tragedi 65".

Friday, April 22, 2016

Ketika Bumi Kian Rapuh!


(Poster Hari Bumi 2016. Sumber: http://www.earthday.org/)
Peringatan Hari Bumi atau Earth Day sengaja dibuat untuk menyadarkan manusia, yang merupakan penghuni planet Bumi, untuk lebih sadar dan bertanggung jawab terhadap keberlangsungan berbagai tatanan ekologi di Bumi.

Setiap tahun, para aktivis dan pemerhati lingkungan selalu memperingati Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April. Dan tahun ini, perayaan Hari Bumi mengusung tema “Pohon untuk Bumi”, sebagaimana seruan Earth Day Network

Tema “Pohon untuk Bumi” diusung setelah menemukan fakta, bahwa Bumi telah kehilangan 15 miliar pohon setiap tahunnya. Earth Day Network, sebuah jaringan gerakan lingkungan terbesar di dunia menginginkan, kegiatan Hari Bumi mampu mendorong dilakukannya penanaman 7,8 miliar pohon, setidaknya hingga perayaan Hari Bumi tahun 2020. Harapannya, setiap orang di planet ini  bersedia menanam minimal satu batang pohon.

Wednesday, April 13, 2016

9 Perempuan Melawan, 1 Tak Peduli

)
Selasa (12/4), pukul 15.53 WIB, saya mendapat pesan terusan dari seorang teman yang aktif dalam pendampingan masyarakat Kendang, Rembang, Jawa Tengah. Teman yang kebetulan gemar melakukan penelusuran goa itu mengabarkan tentang aksi 9 perempuan yang nekad mengecor kaki mereka dengan semen sebagai bentuk protes terhadap pembangunan pabrik semen di wilayah pegunungan Kendeng Utara, Rembang, Jawa Tengah.

9 Perempuan yang mewakili suara masyarakat itu khawatir, jika rencana pembangunan pabrik semen dilanjutkan akan membelenggu nasib petani Kendeng. Selain itu, ratusan mata air yang menjadi sumber penghidupan mereka terancam hilang. Ditambah lagi, ancaman pencemaran udara akibat proses produksi semen. Sebuah neraka nyata yang bakal mereka hadapi.

Sunday, April 10, 2016

Yuk, Peduli Dugong!

(Dugong yang sempat ditangkap nelayan di P. Kokoya akhirnya dilepas. Foto: Delon Lim)

Dugong yang dikenal sebagai duyung atau lembu laut, selama ini kerap diidentikkan dengan legenda putri setengah manusia berperawakan cantik menggoda. Mitos itu tidak sepenuhnya salah, karena dugong memang memiliki kecantikan alami yang mempesona, jika kita mampu mengenalnya dengan baik.

Beberapa waktu lalu, saya dikagetkan dengan visual berdurasi 20 detik tentang seekor dugong (lembu laut) yang diikat nelayan di P. Kokoya, Morotai, Halmahera Utara. Belakangan video yang diunggah Delon Lim, seorang penyelam rekrasional lewat akun path-nya, menjadi viral. Video itu juga bermunculan di media sosial lain, semacam twitter hingga facebook, dalam waktu tak begitu lama.

Mendapat kabar itu, saya segera mencari akal untuk melakukan konfirmasi kebenarannya. Saat melihat video dugong yang mengenaskan itu, muncul rasa iba. Maklum, kerangkengnya tak terlalu luas, membuat pergerakan dugong tak leluasa. Sepertinya ia sangat tersiksa. Tentu saja, karena di bagian ekornya terdapat bekas luka. Luka yang tak akan sembuh, selama talinya tidak dilepas.

ANTARA - Lingkungan

Climate Change News - ENN