Tuesday, June 21, 2005

Mengenang Kepergian Soe Hok Gie


Tiga puluh tahun meninggalnya Soe Hok Gie diperingati dalam acara diskusi sehari, Sabtu 27 November di Kampus Universitas Indonesia Depok. Acara mengenang tokoh cendekiawan, budayawan dan demonstran itu diselenggarakan oleh sahabat-sahabatnya, alumni Fakultas Sastra dan alumni Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) UI.

Soe Hok Gie meninggal dunia 16 Desember 1969 sehari menjelang ulang tahunnya ke 27 karena kecelakaan di puncak Gunung Semeru, Jawa Timur. Dalam hidupnya yang singkat itu almarhum dikenal sebagai seorang aktivis mahasiswa yang berani dan gigih. Yang mengobarkan pemikiran dan sikapnya melalui tulisan, dalam mimbar diskusi, rapat senat mahasiswa sampai pada berdiri di barisan paling depan demonstrasi menentang pemerintahan Soekarno.

Lawan-lawan bicaranya mulai dari tokoh-tokoh besar seperti Presiden Soekarno (ia datang ke Istana dengan jas pinjaman), Soedjatmoko, Mochtar Lubis, sampai pada teman-temannya seangkatan seperti Akbar Tandjung. Tulisan-tulisannya yang menyangkut permasalahan kemanusiaan, hak-hak asasi manusia, kebangsaan, moral, keadilan hukum dan dunia mahasiswa tersebar di berbagai media, terutama Indonesia Raya, Sinar Harapan, Kompas, Mahasiswa Indonesia (edisi Jawa Barat). Tulisannya bermunculan demikian produktif di antara tahun 1966 sampai 1969.

Dalam booklet yang disusun oleh Sofjian Thaib, alumnus Mapala-UI, untuk mengenang 30 tahun kepergian Soe Hok Gie, dicuplik beberapa tulisan almarhum. Di tahun 1969, ia mengomentari rezim Orde Baru: "Tahun ini adalah tahun pertama Pembangunan Lima Tahun. Sampai saat ini, kesan saya adalah bahwa rakyat Indonesia acuh tak acuh terhadap rencana besar ini. Hampir tak ada komunikasi yang dimengerti masyarakat umum, dan Pemerintah yang terlalu pragmatis sekarang pada akhirnya gagal menimbulkan gairah dan sokongan kerja rakyat."

Di tahun yang sama, ia pun telah mempersoalkan kontinuitas peran teknokrat dalam hegemoni militer negara Orde Baru. Sedangkan tentang hukum di tahun 1970, ia menulis: "Mahasiswa hukum akhirnya belajar bahwa ada pula hukum-hukum yang tak tertulis yang lebih superior daripada yang telah tertulis. Mereka perlu koneksi dengan orang-orang penting,

No comments:

Post a Comment

ANTARA - Lingkungan

Climate Change News - ENN