Wednesday, March 14, 2007

Soeharto Pengkhianat Bangsa?


Ketika Harian Kompas, Jawa Pos, Koran Tempo dan Suara Merdeka pada 22 Februari 2007 lalu memberitakan harta terpendam Soeharto. Sontak banyak pihak memberi respon positif. Pasalnya, kekayaan hasil korupsi mantan orang nomor satu di negeri ini sukar untuk disentuh.

Akhirnya, cara lain dilakukan oleh Kejaksaan Agung untuk menjerat Soeharto melalui gugatan perdata, setelah gagal menjeratnya dengan tindak pidana. Sebelum gugatan diajukan, Kejagung melayangkan somasi. Isinya, meminta agar Soeharto menyerahkan seluruh uang hasil korupsi sekitar Rp 1,7 triliun.

Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh sendiri yang mengirimkan somasi tersebut. Kejagung juga memberikan tenggat kepada Soeharto untuk menjawab somasi, selambatnya sepekan sejak surat somasi dilayangkan. Kejagung meminta penyerahan hasil korupsi tujuh yayasan yang pernah diketuai Soeharto.

Sesuai surat dakwaan, Soeharto didakwa kasus korupsi tujuh yayasan dengan total kerugian negara Rp 1,7 triliun atau USD 419 juta. Tujuh yayasan yang pernah diketuai Soeharto tersebut adalah Supersemar, Dana Sejahtera Mandiri, Trikora, Dharmais, Dana Abadi Karya Bakti (Dakab), Amal Bhakti Muslim Pancasila, dan Gotong Royong Kemanusiaan.

Menurut Arman, nama panggilan Jaksa Agung, kejaksaan tidak memaksa Soeharto menjawab somasi tersebut. Namun, jika dia mengabaikan somasi, kejaksaan akan memasukkan gugatan ke pengadilan. "Itu sesuai hukum acara (perdata)," tegasnya. Sebaliknya, kejaksaan menjajaki membatalkan gugatan jika Soeharto ternyata mengindahkan isi somasi tersebut.

Dia menambahkan, soal pendaftaran gugatan, kejaksaan tinggal melangkah. Draf gugatan telah selesai dan siap didaftarkan. "Gugatannya sudah selesai kok," ujar mantan aktivis YLBHI tersebut. Pendaftaran gugatan telah dilakukan akhir Februari 2007 lalu.

Harta 7 yayasan Masih Terlalu Kecil
Jumlah Rp 1,7 triliun itu besar sekali, dan karena banyaknya maka sukar untuk dibayangkan. Sebab, kalau ditulis dengan angka, maka Rp 1,7 triliun berarti Rp 1,7 dikalikan 1.000.000 juta, atau Rp 1.700 000 000 000 (angka nolnya ada sebelas). Ini jumlah uang yang besar sekali!

Harta sebesar itu merupakan hasil 7 yayasan yang pernah didirikan Soeharto, melalui cara-cara halus dan kasar dengan menggunakan kekuasaannya sebagai pemimpin tertinggi rejim Orde Baru. Padahal, yayasan-yayasan Suharto (beserta keluarganya) tidak hanya yang tujuh saja. Menurut penelitian George Aditjondro (lihat: Yayasan-yayasan Suharto dalam website http://perso.club-internet.fr/kontak.) ada sekitar 40 buah. Selama ini tidak diketahui dengan pasti berapa besar aset-aset yang dimiliki yayasan-yayasan Soeharto itu.

Kalau Kejagung berusaha supaya Soeharto mengembalikan uang hasil korupsi yang sebesar Rp 1,7 triliun, maka jelaslah bahwa jumlah itu hanya sebagian kecil sekali saja dari harta haram yang telah dikumpulkan dengan cara-cara yang kotor selama 32 tahun kekuasaannya. Sebab, menurut laporan majalah TIME 24 Mei 1999 kekayaan Soeharto (beserta keluarganya) ditaksir USD 15 miliar. Jadi, jumlah uang yang akan “ditarik” oleh Kejaksaan Agung dari Soeharto (yang Rp 1,7 triliun atau USD 419 juta itu) hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan harta Soeharto beserta keluarganya, yang jumlahnya ratusan triliun rupiah.

Soeharto = Orde Baru
Kabar akan digugatnya harta haram Soeharto dalam 7 yayasannya, merupakan langkah awal membongkar kebusukan moral Soeharto (beserta keluarganya) , yang selama puluhan tahun dibungkus segala kemegahan. Penelanjangan kebusukan moral Suharto melalui pembongkaran korupsi besar-besaran merupakan sejarah penting bagi bangsa ini.

Iklim korupsi oleh Soeharto (dan keluarganya) adalah perwujudan sistem politik rejim Orde Baru yang hanya menguntungkan sekelompok orang saja. Menilik besarnya harta haram yang telah dikumpulkan oleh Soeharto, jelaslah bagi banyak orang bahwa Soeharto merupakan pengkhianat besar kepentingan rakyat Indonesia !

Korupsi terbesar Soeharto berkaitan erat dengan penyalahgunaan kekuasaan dan pengaruhnya sebagai presiden, sebagai panglima tertinggi ABRI, sebagai pimpinan utama GOLKAR. Singkatnya sebagai orang paling berkuasa dari rejim Orde Baru. Korupsi ini pun dimungkinkan oleh adanya dukungan dari pembesar-pembesar militer dan Golkar (dan golongan lainnya) yang merupakan tulang-punggung Orde Baru selama puluhan tahun.

Oleh karena itu, pembongkaraan korupsi harta Soeharto (dan keluarganya) bukan hanya merupakan pukulan berat bagi Soeharto saja, melainkan pukulan berat bagi pendukung utamanya. Bahkan lebih jauh lagi, penyelidikan hasil korupsi merupakan pembongkaran kejahatan, keburukan, atau kekbobrokan rejim Orde Baru. Sebab, Soeharto adalah pengejawantahan rejim Orde Baru selama 32 tahun mengangkangi bangsa Indonesia secara paksa dan bertangan besi. Dilihat dari berbagai segi, bolehlah dikatakan; Soeharto adalah Orde Baru, dan Orde Baru adalah Soeharto.

Presiden Terkorup Di Dunia
Korupsi besar-besaran yang dilakukan Soeharto (dan keluarganya) sebagai pemangku kekuasaan tertinggi selama 32 tahun, merupakan pengkhianatan terhadap kepentingan rakyat di bidang politik, sosial, ekonomi, dan HAM. Harta haram yang begitu besar itu telah ditumpuknya di atas mayat ribuan manusia yang dibunuh tahun 65-66, di atas lautan air mata dan darah puluhan juta keluarga korban peristiwa 65.

Sudah rahasia umum jika sejak lama Soeharto dikenal sebagai presiden yang terkorup di dunia, diktator yang melakukan berbagai kekejaman serupa fasis Hitler. Buktinya, kalau kita buka Google (bahasa Inggris) di Internet dan kita ketik kata kunci “Soeharto corruption” maka akan tersedia 317 000 halaman yang berkaitan dengan korupsi Soeharto. Luar biasa familiarnya sosok ‘mantan pemimpin’ yang satu ini.

Menurut laporan organisasi independent internasional yang mengadakan penelitian terhadap masalah korupsi berbagai tokoh di dunia, yaitu Transparency International ( 24 Maret 2004), Soeharto menduduki tempat paling atas di antara 10 kepala negara terkorup di dunia. Menurut laporan itu, korupsi Soeharto meliputi jumlah antara US$ 15 sampai US$ 35 miliar (atau, antara US $ 15.000.000.000 dan US $ 35.000.000.000) . Kalau dihitung dalam Rupiah maka US$ 15 miliar itu adalah 15.000.000.000 dikalikan Rp 10.000 (dibulatkan, sekitar kurs dewasa ini), menjadi Rp 150.000.000. 000.000, atau Rp 150 triliun. Itu paling sedikitnya. Sebab, ditaksir harta haram hasil korupsi Soeharto (dan keluarganya) adalah antara US$ 15 miliar dan US$ 35 miliar. Jumlah yang diumumkan oleh Transparency International hampir sama dengan laporan majalah TIME itu. Angka yang sangat, sangat, dan sangat besar sekali!

Nah, sekarang coba kita pikir dalam-dalam. Apakah harta sebesar itu, betul-betul hasil jerih payah atau usaha yang “bersih” dari Soeharto beserta anak-anaknya, dan bukannya dari berbagai praktek-praktek yang tercela? Dengan kalimat lain, apakah harta sebanyak itu betul-betul murni hasil usaha yang sah dan adil dari Soeharto, Tutut, Sigit, Bambang, Tommy, Mamiek dan Titiek? Atau, dengan pertanyaan lagi; apakah harta sebanyak itu mereka peroleh dengan cara-cara yang biasa dan jujur? Sepertinya, tidak mungkin, alias mustahil !!!

Menumpuk Harta Haram
Harta haram Soeharto (dan keluarganya) sebesar antara US$ 15 miliar sampai US$35 miliar merupakan bukti yang jelas bahwa Soeharto adalah pengkhianat terbesar kepentingan rakyat. Dengan dalih menyelamatkan bangsa dari bahaya Sukarnoisme dan komunisme, Soeharto telah menyalahgunakan berbagai kesempatan dan kekuasaan untuk menumpuk harta melalui jalan yang tidak benar.

Oleh karena itu, sesuatu yang wajar jika sekarang banyak elemen masyarakat menuntut dikembalikannya dana/harta tersebut. Merupakan sesuatu yang memalukan kalau kejahatan yang begitu besar dibiarkan saja dan tidak ada tindakan apapun untuk memeriksa dan mengadilinya. Sehingga tak salah, jika dikatakan bahwa kejahatan Soeharto lebih besar dari seluruh kejahatan yang dilakukan oleh penjahat-penjahat kriminal Indonesia dijadikan satu.

Sejarah bangsa Indonesia akan membuktikan bahwa mengadili berbagai kejahatan, dan kesalahan (termasuk KKN) Soeharto adalah sesuatu yang benar dan perlu dilakukan, demi kebaikan bangsa ini kedepannya. Artinya, membiarkan, mendiamkan atau bahkan menutup-nutupi kejahatannya merupakan sikap yang salah.

Membela Soeharto berarti Konyol
Langkah untuk mengambil alih harta kejahatan Soeharto dan menuntutnya untuk diadili merupakan poin penting untuk bisa mengadakan perubahan dan perbaikan atas berbagai kerusakan yang ditimbulkan rejim Orde Baru. Sebab, mengadili segala kejahatan dan kesalahan Soeharto berarti juga mengadili (secara tidak langsung) kejahatan dan kesalahan para pembantunya dan para pendukung setianya.

Makin terbongkarnya berbagai keboborokan Soeharto beserta keluarga (antara lain: kasus 7 yayasan, kasus simpanan Tommy sebesar 36 juta Euro (atau sekitar Rp 421 miliar) di bank BNP, kasus Sigit dan Bambang) membuat sulitnya para mantan tokoh-tokoh Orde Baru (baca; sebagian pimpinan militer dan GOLKAR) untuk terang-terangan mendukung Suharto. Sekarang, membela kesalahan dan kejahatan Soeharto, sama saja dengan bunuh diri atau konyol.

Sebab, jelas kiranya bagi banyak orang, baik di Indonesia maupun di dunia, bahwa Soeharto adalah maling terbesar yang pernah ada dan karenanya merupakan pengkhianat besar kepentingan negara dan rakyat Indonesia .

(Tulisan ini disarikan dari website
http://perso.club-internet.fr/kontak.)

24 comments:

  1. Apakah saat ini para petinggi2 TNI dan Polri itu tak lagi melakukan perbuatan2 seperti masa orde baru. Brimob lebih berfungsi sebagai satpam bagi perkebunan2 asing dan tega main bunuh petani2 plasma sawit di sumatera. Siapa yg jadi backing berbagai penambangan liar di Kalimantan?, siapa yang jadi 'dewan pembina' berbagai organisasi preman yg kerjanya memeras dan bikin onar, siapa sesungguhnya kemarin yg jadi geng motor dan bikin rusuh Jakarta, dan mengapa kalo orang sipil (warga keturunan lagi)dijadikan tersangka dalam kasus alat simulator pembuatan SIM, sementara sang jendral bersama anak buahnya yg menikmati uang haram lebih banyak bisa berleha-leha. Masih adakah 'merah-putih' didada para jendral TNI-Polri kita atau diam2 juga melakukan penghianatan pada negeri ini untuk keuntungan pribadi dan kelompoknya. Buka matamu...banyak konflik di timur-tengah antara pemerintahan korup yg didukung militer vs rakyat sipil yg tidak mau lagi tertindas. Di negara2 dunia ketiga militer dan polisi paling senang mendukung pemerintahan yang korup dan kejam...karena ada keuntungan materi dan kepuasan batin bagi nafsu binatang mereka.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar sekali, agar indonesia menjadi negara yg maju di butuhkan SDM yg punya hati, kecerdasan, dan nasionalis . fakta di lapangan, bahwa untuk menjadi seorang TNI-POLRI kita harus menyogok dgn uang kan? Dr awal udh gk bner apalgi nanti,,!! Makanya banyak aparatur negara yg tidak bermoral, mau kerja juga masuk nya pake duit. Org gila kali yah

      Delete
  2. Dear all,
    Mari kita berfikir sehat, bahwa Soeharto tidak hanya dilihat dari sisi jeleknya, terapi melihat pula sisi baiknya untuk negeri ini selama dalam kepemimpinannya.

    Banyak contoh baik yang bisa di implementasi untuk kondisi pemerintahan, kenegaraan, leadership, pembangunan, strategi perencanaan yang tersruktur dalam segala hal (repelita itu apa? GBHN itu apa? Ingatkah anda semua apa itu PUPJP????

    Sekali lagi marilah berfikir logis dengan realita yang ada, jangan gegabah, jadilah bijak!!! ........MENILAI ORANG.....

    Sadarkah anda sekarang...???
    Bahwa: Contoh-contoh Soeharto tsb diatas itu sedang dilupakan akibat dari kita terlanjur salah menilai orang, sehingga kita tidak menjadi BIJAK ATAS REALITA SEKARANG INI!!!!
    Sehingga melupakan ada contoh baik yg patut dilakukan untuk negeri tercinta ini.

    Bukan memihak Soeharto, hanya sekedar mengingatkan ada hal baik bila kita bijak.

    Salam

    ReplyDelete
    Replies
    1. Teknologi semakin canggih,
      Daya pikir bangsa ini semakin meningkat,
      Pasti mana tau yg benar dan salah.
      Melihat fakta" ssejarah kita tlah mengetahui apa yg terjadi

      Delete
  3. ya..ya...ya...ya... memang kita tidak dapat memendang hanya dari sebelah sisi seseorang, tapi jangan lupa juga bahwa kita memandang berbeda juga itu hal yang sah saja.
    menurut saya pun yang namanya SUHARTO adalah PENGHIANAT BANGSA INDONESIA, serta PERAMPOK HAK-HAK RAKYAT INDONESIA, kalau ditanya kenapa, ya silahakan saja cari sejarahnya bangsa ini yang ga jelas, yang katanya SUPERSEMAR, apa itu toh bukti aslinya saja tidak ada ditambah lagi hal-hal yang lain, semasa rezimnya jelas tidak ada yang berani bicara, bicara dikit aja, besok pagi udah tinggal nama, media dibatasi dan hanya golongannya saja yang bisa memilikinya, dan mohon maaf juga nih bukan bermaksud berbicara soal SARA, selama rezimnya berkuasa daerah mana sih yang dibangun ? golongan mana sih yang paling diperhatikan ? daerah yang kaya akan hasil alamnya sekolah saja Impres, tenaga pengajar pun bisa dibilang tidak memiliki mutu yang bagus, hanya bisa mengajar baca dan tulis selebihnya mengajar soal agama, apa lagi soal pembangunan, hal demikian real adalah politik kotor SOHARTO, yang membuat SDM daerah yang kaya menjadi rendah, agar jadi lebih mudah membodohi mereka untuk mengeruk kekayaan alam daerah. jadi SUHARTO yang katanya pahlawan dan bapak pembangunan itu adalah PENJAHAT, RAMPOK, MALING, yang membuat bangsa ini rusak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ga ada suharto daerah ane ga ada listrik ma sekolah gan

      Delete
    2. Kalau masalah listrik dan sekolah.... Itu ikut jaman mas bos.... Kalaupun g ada mas pak harto... Entar lama2 ditempat entepun ada listrik dan sekolah...gitu aja kog repot

      Delete
  4. Suharto-suharto uang sebanyak itu juga ngk bisa di bawa mati

    ReplyDelete
  5. hitam putih masa lalu harus kita jadikan pelajaran agar di masa yang akan datang bisa menjadi lebih baik dari yang sebelumnya, kita sebagai generasi masa depan hanya bisa belajar dari sejarah masa lalu dan berusaha semaksimal mungkin untuk kebaikan bangsa dan negara.....
    ihdinas sirothol mustaqiim!!

    ReplyDelete
  6. 7 yayasan itukan milik dia bukan milik negara kenapa di bilang korupsi...
    Setau saya korupsi itu adalah uang negara bukan uang milik dia sendiri jdi wajar aja dia simpan uangnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makanya yayasan nya itu milik beliau yv jdi masalah. Uang negara di masukan ke yayasan pribadi! Itu namanya korupsi bung.

      Delete
    2. Iya itu TIPAN KADIR... GUUUUOBLOKNYA minta ampun.... Lha wong pak harto sudah dinyatakan korupsi oleh badan NEGARA kog.... Berarti Badan NEGARA itu ya sudah punya BUKTI.. Masak sampean mikir hal yg simple begitu aja nggak bisa....

      Delete
  7. Bangsa Indonesia itu memang bangsa yang lengkap. Punya PEMIMPIN BESAR, dan juga PENGKHIANAT BESAR. Punya PEMIMPIN BANGSA dan juga punya PEMIMPIN BANGSAT.

    ReplyDelete
  8. Bangsa Indonesia itu memang bangsa yang lengkap. Punya PEMIMPIN BESAR, dan juga PENGKHIANAT BESAR. Punya PEMIMPIN BANGSA dan juga punya PEMIMPIN BANGSAT.

    ReplyDelete
  9. 2015, teknologi semakin canggih, ilmu skrg mudah di dapat. Informasi begitu juga.
    Jadilah rakyat yg cerdaas.
    Jgn menjadi rakayat yg gampang di suap saat pemilu, 50 rb rupiah untuk masa jabatan 5 thn. Karena pemimpin yg baik tak akan melakukan penyogokan.

    ReplyDelete
  10. yang jelas berarti suharto itu detaktor penghisap uang rakyat. igat pribahasa nila setitik merusak susu sebelah nya(kebusukan sedikit bisa membuat orang memandang buruk orang itu) tapi kebusukan suharto melebihi dari sedikit apalagi dosa2 nya kepada soekarno yang memerdekakan indonesia frepor di jual ke asing uang nya kemana kekantong nya indonesia banyak utang ke negara lain karna apa karna kepemerintahan di indonesia Indonesia sekarang seperti sisa2 nya saja jadi sulit untuk memajukan nya

    ReplyDelete
  11. doaku semoga Allah membalas nya di aherat sana dengan balasan nya setimpal (siksa api neraka) amin

    ReplyDelete
  12. Maling tetap maling, mensejahterakan rakyat sudah menjadi tugas utamanya.. dia juga di gaji dan kita juga patut menghormatinya.. tapi kalau maling eda cerita bro, bagi gw dia itu binatang

    ReplyDelete
  13. terus kalo pemimpinnya bangsat, situ kira situ yang bener? ya udah situ aja yang jadi pemimpin ?

    ReplyDelete
  14. Jangan ngomong dan memperlihatan keburukan atau kejelekan orang, dan jangan saling menyerang dan menjatuhkan
    Ayo bertindaklah yang positif mulai dari ptibadi sendiri untuk kehidupan sosial bangsa indonesia lebih baik

    ReplyDelete
  15. Sy pernah hdup jaman p harto. Bisa dibayangkan yg komen jelek ttg beliau.. tuggu aja dirumah besok bukan polisi yg dtng ..tpi orang koramil..untung kalo cm ditangkap...bisa2 warnet or android kamu di ambil...hehehe..untg ini bkn jamnan beliau yaaa..

    ReplyDelete
  16. Biar pd tau ini pengalaman pribadi. Saat sebuah blanko test menanyakan idola: sy tulis bapak ku..siangnya sy dipanggil suruh ditipex..diminta ganti soeharto...ini biar yg belum tau jaman suharto kyi apa

    ReplyDelete
  17. Sekarang bebas..Ya kebablasan..karena akibat kt dikekang puluhan tahun... bebas itu perlu..tpi ingat kebebAsan kita dibatasi oleh kebebAsan orang lain... kita senang demokrasi..sayangnya sebagian kt mengartikan itu sebagai kebebAsan tampa batas..bagaimanapun jg iklim saat ini memang belum sempurna tapi masih jauh lebih baik jika dibandingkan jaman suharto. Kalo pun ada yg bilang enak jaman suharto perlu ditelaah apa dan bagaimana yg dimaksud enak itu. Sempat ada yg bilang dulu murah2'' betul..jamaN suharto honda prima beli baru 2,4 jt..skrng minim 13 jt bebek baru..tpi waktu itu gaji bapak ku pgawainegeri jaksa pula cm 350ribu. Dulu ada yg bilang ga nyak pembunuhan korupsi bla2.. jgn lupa dulu km tinggal di bogor belum tentu berita depok km tau... krn cm ada tvri. Itupun beritanya diseleksi. Jadi..sudahlah ...bagaimanapun kehebatan suharto dimata sy cm satu..yaitu mampu menguasai selama 32 tahun..cm itu. Kalo boleh berandai jika 32 tahun itu kita dipimpin oleh orang baik yg mementingkan rakyat..mungkin hasilnya jauh dari saat ini.kita tdk terlambat menyerap arti demokrasi.

    ReplyDelete

ANTARA - Lingkungan

Climate Change News - ENN