Friday, September 11, 2015

Bon Jovi, Ketika Saya Memutuskan Berjarak!

(Album solo pertama Jon Bon Jovi. Source: www.farm9.staticflickr.com)


"Nonton konser paling anarkis n dramak!!
Tiket palsu..
Rusuh...
Tapi akhirnya bisa masuk di lagu 4
Dan lepas semua...
Kecuali be-kondenya kaki dan emosi"
~ postingan seorang teman di media sosial

Membaca komentar itu, saya bisa membayangkan betapa seru dan hebohnya konser Bon Jovi yang digelar pada Jumat malam, 11 September 2015 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Apalagi, kabarnya jumlah penonton mencapai 40.000 orang. Wow, dengan jumlah penonton sebanyak itu, bisa dipastikan stadion penuh sesak dan GBK berguncang hebat. 

Sementara itu, sepanjang Jumat malam, hampir semua timeline media sosial, mulai dari facebook, twitter hingga path tak putus-putus memberitakan konser Bon Jovi yang kali ini mengambil tajuk "Bon Jovi Live". Jika tidak mengomentari konsernya, maka sebagian besar netizen memposting foto-foto ketika konser berlangsung. Pun, tak sedikit yang share video juga. 

Konser Bon Jovi kali ini terbilang spektakuler. Pasalnya, sudah 20 tahun berselang, ketika ia menyapa penggemarnya di Indonesia. Saat konser pertama digelar, saya masih kuliah dan memang gandrung dengan lagu-lagunya. Apalagi, setahun sebelumnya, yakni pada 10 Oktober 2004, Bon Jovi menelurkan album kelima bertitel "Cross Road" dengan lagu andalan; Always dan Someday I'll be Saturday Night. 

Khusus untuk "Always" telah menjadi lagu terpopuler tidak hanya di dunia namun juga di Indonesia. Seingat saya, lagu itu sempat menempati posisi 4 di Billboard AS, posisi 2 di Mainstream Top 40 dan juga merupakan hit internasional posisi 1 di Australia, posisi 2 di Inggris dan posisi 4 di Jerman. Kebayang kan, betapa cetar membahananya uncle Bon ketika membawakan lagu itu? 

Saat konser Bon Jovi pertama kali di gelar di Jakarta di tahun 1995, hebohnya luar biasa. Tak hanya di ibukota, gaungnya pun menjalar hingga ke daerah-daerah, termasuk Medan. Mengapa Medan? Karena saya seorang warga Medan loh! Saat itu, lagu-lagu Bon Jovi menemukan bentuknya, setelah diputar berulang-ulang. Lagi dan lagi.

Tak hanya itu, sebelum konser digelar, promosinya sangat jor-jor an dan begitu masif. Hampir setiap hari, radio-radio di Medan, memutar jingle konser tersebut. Pojok-pojok kota pun jadi saksi kehebatan grup musik Bon Jovi. Terbukti dengan banyaknya poster yang ditempel di setiap tembok kota.  

Bagi saya, Bon Jovi merupakan band fenomenal. Pasalnya Bon Jovi, grup musik asal Sayreville, New Jersey, Amerika Serikat itu tak lekang digerus jaman. Selama 32 tahun berkarya, band 80-an itu mampu bertahan ditengah gempuran dominasi musik baru yang muncul setelahnya. Sejak kehadirannya, Bon Jovi telah mencatatkan segudang prestasi, diantaranya penjualan sebanyak 40 juta kopi album di Amerika Serikat dan 120 juta kopi album di seluruh dunia.  

Bagi penggemar Bon Jovi, jarak rasanya tak menjadi penghalang. Tak heran, jika penggemarnya berasal dari lintas negara dan lintas generasi. Sementara untuk Indonesia, bisa dipastikan fans tak hanya ada di Jakarta, namun tersebar merata di seluruh penjuru tanah air. Di tahun 90-an, kehadiran band rock seperti Bon Jovi telah memberi warna baru dalam bermusik. Musiknya yang enak di dengar dengan melody yang khas membuatnya gampang digemari.  

Tak hanya itu, Bon Jovi juga merupakan salah satu band yang paling rajin tur. Hingga saat ini, Bon Jovi telah mengelar lebih dari 2.900 konser di 55 negara dan di hadapan lebih dari 37 juta penonton. Tak heran jika band ini dianugrahi beragam penghargaan, mulai dari penghargaan Music Hall of Fame Inggris (2006), penghargaan Merit di American Music Awards (2004), dan Grammy Award (2007) lewat kolaborasinya bersama Jennifer Nettles dalam single Who Says You Can’t Hope. 

Namun, bukan band namanya, jika tidak mengalami kisruh internal. Bon Jovi pun mengalaminya. Band yang berdiri di tahun 1983 itu telah mengalami beberapa kali ganti formasi. Dan saat ini, band itu hanya menyisakan, Jon Bon Jovi pada vokal, David Bryan pada keyboard dan Tico Torres pada drum. Sementara itu, anggota tidak resminya adalah Hugh Mc Donald (bas) dan Phil X (gitar). 

Khusus untuk additional player seperti Hugh McDonald, ia hadir untuk menggantikan Alec John Such (bass) yang dipecat pada 1994. Selain itu, hengkangnya sang gitaris, Richie Sambora, pada 2013, kemudian digantikan oleh Phil X. 

Sementara itu, hengkangnya Richie Sambora dari Bon Jovi, telah memberi kesan tersendiri bagi penggemar. Pasalnya, musisi 56 tahun itu memang identik dengan Bon Jovi. Richie merupakan motor penggerak Bon Jovi yang sesungguhnya. Dalam perjalanan karirnya bersama Bon Jovi, Richie ikut berkontribusi dalam penulisan beberapa lagu yang begitu melegenda. Sebut saja, lagu: Have A Nice Day, I'll be There For You, Keep The Faith, Everyday, dan beberapa lagu lainnya.   

Oh ya, kabar cabutnya Richie Sambora mulai tercium ketika ia tidak menuntaskan tur Bon Jovi "Because We Can" pada 10 Februari-17 Desember 2013. Richie terakhir kali terlihat pada 17 Maret 2013 ketika konser berlangsung di Lubbock, Amerika Serikat. November 2013, Richie lalu membuat pernyataan keluar dari Bon Jovi dengan alasan ingin menghabiskan waktu bersama keluarga. 

*** 
Dari sekian banyak album yang dikeluarkan oleh Bon Jovi, album yang paling saya gemari dan sesuai dengan jiwa saya (baca: rebel) ada di album solo bertajuk Blaze of Glory. Album itu sengaja dibuat sebagai musik latar belakang untuk film "Young Guns II", sebuah film tentang Billy the Kid yang mengambil seting pada jaman koboi. Dalam film itu, Jon Bon Jovi berhasil menorehkan prestasi dengan memenangkan penghargaan Academy Award untuk kategori soundtrack terbaik.  

Oh ya, album Blaze of Glory hadir pasca-kevakuman band tersebut di tahun 1990-1991. Saat itu, anggota band berpisah, setelah melakukan tur melelahkan untuk album "New Jersey" yang berujung pada jatuhnya korban jiwa. Insiden itu membuat anggota band terpukul. Mereka lalu memutuskan untuk beristirahat dan sempat ada keinginan tidak melanjutkan pembuatan album baru. 

Sementara itu, pembuatan album Blaze of Glory untuk soundtrack film Young Guns II, awalnya terjadi setelah Emilio Estevez (aranger musik) meminta dibuatkan lagu pendukung untuk sekuel The Billy Kid di film itu. Jon Bon Jovi akhirnya setuju dan ia pun menyusun 11 lagu baru yang menjadikannya sebagai album solo pertama.  

Dirilis pada tahun 1990, album Blaze of Glory sempat bertengger di chart papan atas sebagai hit #1 di Amerika Serikat. Selanjutnya di tahun 1991 Blaze of Glory memenangkan penghargaan untuk Favorite Pop/ Rock Single di American Music Awards dan penghargaan Golden Globe. Berkat lagu itu, Jon Bon Jovi juga masuk dalam nominasi Academy Award dan nominasi Grammy.  

Di album itu, ada beberapa lagu yang menurut saya sangat menarik. Menarik karena alunan musiknya begitu kuat dan diiringi vokal Bon Jovi yang sangat khas. Sebut saja, lagu Blaze of Glory, Billy Get Your Guns, Miracle, Blood Money, Santa Fe hingga lagu Never Say Die menjadi lagu favorit saya. Sementara lagu lainnya, seperti Justice In The Barrel, You Really Got Me Now, Bang A Drum, Dyin' Ain't Much Of A Livin' dan Guano City, menjadi lagu lain yang tak kalah seru untuk didengarkan.  

Oh ya, saat itu, saya mengetahui album Blaze of Glory setelah seorang sahabat berbaik hati meminjamkan kasetnya, saat SMA dulu. Lewat kaset itu, saya mengenal siapa Jon Bon Jovi untuk pertama kalinya. Selanjutnya, bisa dipastikan, saya kian gemar dengan lagu-lagunya Bon Jovi. Beragam album, akhirnya saya koleksi, mulai dari Bon Jovi, 7800 Farenheit, Slippery when wet, New Jersey, Keep the Faith hingga Cross Road dan These Days. 

Lagu-lagu Bon Jovi dengan syair yang begitu kuat, telah memikat hati jutaan orang. Tak hanya laki-laki, pun kaum hawa juga. Sementara bagi, saya, lagu-lagu Bon Jovi, karena memang genre awalnya rock, harusnya hanya cocok untuk kalangan tertentu saja. Musiknya kaum lelaki. Sehingga ketika banyak perempuan yang yang mulai tergila-gila dengan Bon Jovi, saya pun mengambil jarak. Saya lalu beralih ke grup musik lain yang belum banyak orang suka, seperti Tesla, Pearl Jam, Live, Collective Soul, Blessid Union of Soul, Greenday hingga Nirvana. 

Saya akhirnya tidak mengikuti lagi perkembangan musik Bon Jovi, pasca keluarnya album Cross Road. Karena menurut saya, musiknya sudah sangat soft dan dipastikan, semakin banyak wanita yang tergila-gila. Dan, saya tidak menyukai itu.   

Belakangan, saya menyadari, bahwa pola pikir seperti itu agak keliru. Karena tentu saja, Bon Jovi hadir untuk bisa dinikmati semua orang. Milik semua orang yang mencintai musik. 

-end-




No comments:

Post a Comment

ANTARA - Lingkungan

Climate Change News - ENN