(Puncak Gn. Pangrango dilihat dari puncak Gn. Gede. Foto: http://1.bp.blogspot.com) |
Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi.
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada.
Hutanmu adalah misteri segala.
Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta.
Malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi kau datang kembali.
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada.
Hutanmu adalah misteri segala.
Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta.
Malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi kau datang kembali.
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua.
- Soe Hok Gie, Mandalawangi - Pangrango
- Soe Hok Gie, Mandalawangi - Pangrango
Kemarin malam, seorang teman di grup whatsapp berceloteh tentang 4 pendaki yang hilang di Gunung Pangrango, Jawa Barat. Teman yang kebetulan anggota Wanadri itu mengabarkan jika dibutuhkan, tim rescue dari Wanadri akan berangkat untuk melakukan pencarian para pendaki itu.
Dari informasi yang beredar, diketahui keempat pendaki asal Jakarta itu ternyata masuk lewat jalur Geger Bentang. Geger Bentang merupakan rute masuk ke Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGP) melalui perbukitan Geger Bentang. Posisinya bersebelahan dengan rute resmi memasuki TNGP.
Selain itu, Geger Bentang merupakan salah satu jalur istimewa di kawasan TNGP. Dikatakan istimewa, karena jalur itu biasanya digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu saja, seperti pendidikan dasar pecinta alam atau sekolah mendaki gunung.
Lokasinya sangat cocok dijadikan sebagai lokasi pendidikan kegiatan alam bebas, karena kondisi alam, medan serta kekayaan flora/ faunanya yang lengkap. Lokasi itu juga dianggap representatif untuk melatih mental, sikap dan keterampilan dasar bagi seorang pecinta alam.
Gunung Gede - Pangrango secara resmi memiliki 3 jalur pendakian, yaitu Jalur Gunung Putri, Cibodas dan Selabintana. Sedangkan jalur lain yang tak biasa yaitu Jalur Geger Bentang, yang bisa dilewati melalui Puncak Pass dan Jalur Pasir arca melalui Ciawi. Saat ini, jalur yang paling sering dipakai oleh kalangan umum adalah jalur Cibodas dan gunung Putri, sedangkan jalur Selabintana jarang digunakan karena rutenya yang tidak jelas dan medan yang berat.
Jalur Geger Bentang sejatinya bukanlah rute biasa. Bagi para pendaki yang tidak hapal jalur ini, dipastikan akan kesulitan saat melaluinya. Itu sebabnya, bagi mereka yang ingin melewati rute Geger Bentang, tak ada salah mengajak seseorang yang telah berpengalaman melalui rute itu sebelumnya.
4 Pendaki Tersesat
Gunung Gede Pangrango tak melulu berbicara mengenai keindahan dan perjalanan wisata. Pasalnya, bahaya dan ancaman dari kondisi alamnya tidak bisa dianggap enteng. Berita mengenai orang tersesat masih tetap ada walaupun sudah di kelola secara profesional.
Buktinya, 4 pendaki asal Jakarta hilang di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango setelah melalui jalur Geger Bentang. Bagi saya, jalur Geger Bentang bukanlah rute biasa, alias bukan jalur umum pendakian, sementara bagi pihak Balai Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, rute itu dianggap jalur ilegal.
Jalur Geger Bentang sengaja disebut ilegal demi tujuan konservasi. Harapannya, pihak Balai TNGP dapat memonitor pergerakan setiap pengunjung yang ingin mendaki Gunung Gede - Pangrango. Selain itu, keasrian kawasan taman nasional bisa terpelihara. Pasalnya, dengan semakin banyaknya rute di kawasan taman nasional akan merepotkan dalam pengawasan dan pemantauannya.
Jalur Geger Bentang sengaja disebut ilegal demi tujuan konservasi. Harapannya, pihak Balai TNGP dapat memonitor pergerakan setiap pengunjung yang ingin mendaki Gunung Gede - Pangrango. Selain itu, keasrian kawasan taman nasional bisa terpelihara. Pasalnya, dengan semakin banyaknya rute di kawasan taman nasional akan merepotkan dalam pengawasan dan pemantauannya.
Tak heran jika pihak balai taman nasional menyebut hilangnya ke 4 pendaki itu adalah sesuatu yang ilegal, karena mereka masuk tidak lewat rute normal. Selain itu, saat ini pendakian ke Gunung Gede - Pangrango sedang ditutup, sebagai bagian dari recovery. Bisa jadi, itu yang membuat mereka memilih rute Geger Bentang.
Keempat pendaki yang tersesat itu awalnya berada dalam satu rombongan besar. Saat itu jumlah mereka 11 orang. Rombongan lalu terpecah menjadi dua kelompok, masing-masing berjumlah 7 dan 4 orang akibat kondisi fisik anggota tim yang tidak prima.
Beratnya medan, membuat 7 orang yang sudah tak kuat mendaki memilih tuk kembali, sedangkan 4 sisanya memaksa naik, dengan harapan rute pendakian tidak begitu berat. Saat itu, keempat pendaki juga sengaja mengejar kelompok pendaki lain yang jumlahnya 6 orang yang saat itu sama-sama berada di jalur pendakian.
Sayangnya, ditengah jalan 4 pendaki itu tidak mampu melanjutkan perjalanan karena medan yang sulit. Selain itu mereka pun telah tertinggal jauh dari kelompok pendaki tadi. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali.
Sayangnya, ditengah jalan 4 pendaki itu tidak mampu melanjutkan perjalanan karena medan yang sulit. Selain itu mereka pun telah tertinggal jauh dari kelompok pendaki tadi. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali.
Ketika melakukan upaya turun itu, keempat pendaki tersesat. Maklum, tak satu pun dari mereka pernah mendaki lewat rute itu sebelumnya. Sementara itu, rombongan lain yang berjumlah 7 orang berhasil tiba di bawah dan segera pulang pada Senin (26/10/2015) pukul 11.00Wib.
Akibat tak menemukan rute yang mereka gunakan sebelumnya, 4 pendaki itu tersesat dan panik. Mereka kemudian menelepon keluarga mereka di Jakarta dan kemudian menyampaikan kondisi mereka kepada 7 temannya yang baru turun. Sejak itulah misi penyelamatan dilakukan.
Pencarian Dilakukan
Empat pendaki dari Jakarta yang sempat hilang di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango akhirnya dicari oleh relawan dan ranger TNGP, setelah mendapat kabar dari salah seorang keluarga korban.
Keempat pendaki yang tersesat itu akhirnya ditemukan oleh tim pencari pada pukul 02.00 dinihari, Selasa (27/10/2015). Saat ditemukan, satu pendaki dalam kondisi sakit, dan tiga lainnya dalam kondisi sehat. Selanjutnya mereka dibawa turun dan baru tiba di pos pemeriksaan pada pukul 06.00 pagi.
Sebelumnya, pencarian awal telah dilakukan oleh Mang Idi (penduduk lokal) bersama teman-temannya. Kemudian dilanjutkan dengan 3 ranger TNGP, namun tak membuahkan hasil.
Selanjutnya pukul 18.00 Wib pada Senin (26/10/2015) Kepala Seksi Wilayah 1 Balai TNGP, Ardi Andono berinisiatif membentuk tim penyelamat berjumlah 12 orang. Tim pencari itu terdiri dari dari masyarakat dan beberapa elemen pecinta alam. Masing-masing tim dibekali HT dan perbekalan, serta informasi awal berupa nama dan rute pendakian yang digunakan oleh empat pendaki itu.
"Tim kemudian bergerak ke lembah pinus, kampung Vietnam, Legok Babah," ujar Ardi, seperti dikutip dari salah satu media online.
Kemudian setelah 7 jam mencari, sekitar pukul 01.00 tim berhasil tiba di daerah Legok Yasin. Daerah itu berupa hutan lebat dan berjarak sekitar 4 kilometer dari Balai TNGP. Lokasinya dekat dengan air terjun Cibeureum, tapi sedikit lebih tinggi.
"Di Legok Yasin, tim memanggil-manggil nama pendaki yang tersesat, dan ternyata mereka menyahut," pungkas Ardi.
Sempat Minum Air Kencing
Empat pendaki asal Jakarta yang tersesat di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGP) ternyata mampu bertahan hidup selama dua hari. Keempat pendaki yang tersesat, yakni Danang, Heri, Tri, dan Aditya. Aksi mereka bertahan hidup dilakukan dengan meminum air kencing mereka sendiri.
Hal itu dibenarkan oleh Kepala Seksi Wilayah 1 Balai TNGP, Ardi Andono yang menemukan korban. Selama dua hari tersesat, empat pendaki itu kehabisan perbekalan mereka, termasuk air minum. Mereka lalu berputar-putar di jalur yang tak ada sumber airnya.
Di gunung, air merupakan barang langka. Itu sebabnya, dalam kegiatan mendaki gunung, membawa persediaan air minimal 2-3 liter merupakan sebuah kewajiban. Mereka yang tidak mau membawa air akan merasakan sendiri akibatnya. Itu sebabnya, saya selalu rela berjalan lambat dengan beban berat, namun tak kekurangan air ketika berada di tempat tinggi.
Keempat pendaki yang merupakan pendaki pemula itu memang tidak menyiapkan diri dengan ketersediaan air yang cukup. Itu sebabnya, ketika air mereka mulai menipis, mereka panik. Belum lagi, saati itu, mereka benar-benar tersesat dan tidak tahu arah.
Mereka mulai menyadari jika tersesat pada Minggu (25/10/2015) siang. Mereka tersesat semakin jauh, saat hendak turun dengan kondisi fisik yang lemah. Akibatnya, ketika persediaan air benar-benar kosong, tak ada cara lain, selain meminum air kencing mereka sendiri. Sementara untuk makanan, mereka mencari bonggol pisang.
"Selama dua hari kemarin itu sebelum mereka ditemukan, empat pendaki itu bertahan dengan memakan bonggol pisang" tutur Ardi seperti dikutip dari salah satu media online.
Mendapat Sanksi Edukatif
Keempat pendaki musiman asal Jakarta yang tersesat itu akhirnya, mendapat sanksi edukatif dari pihak Balai Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGP), pada Selasa (27/10/2015). Mereka diberi sanksi karena beberapa hal, yakni: mendaki secara ilegal pada saat musim pendakian ditutup. Selain itu, mereka mendaki dari jalur ilegal Gunung Gede-Pangrango.
Selanjutnya, sanksi edukatif diberikan, yakni diminta melakukan pengecatan dan mengangkut sampah yang ditinggalkan pendaki tidak bertanggungjawab. Sanksi itu harus mereka patuhi. Pasalnya, jika tidak, maka mereka tidak akan diijinkan mendaki di Taman Nasional Gede - Pangrango hingga kapan pun.
Soal sanksi edukatif ini bukan barang baru di kawasan Balai Taman Nasional Gunung Gede - Pangrango. Setiap pendaki yang melanggar aturan, pasti akan diganjar dengan hukuman edukatif. Biasanya jika tidak mengangkat sampah di sepanjang jalur, maka mereka dihukum untuk bekerja secara sukarela di posko pendakian.
Baru ketika pekerjaan selesai, mereka diijinkan pulang. Sanksi edukatif diterapkan sebagai pembelajaran bagi mereka-mereka yang melanggar aturan ketika berada di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Sanksi itu juga merupakan bentuk efek jera.
Sementara terkait dengan 4 pendaki itu, kabar terakhir menyebut mereka telah dipersilahkan pulang, usai melaksanakan hukuman edukatif. Selanjutnya ketika 4 pendaki itu pulang, regu-regu tim pencari dan penyelamat pun dibubarkan. Itu artinya, kegiatan ESAR (Evakuasi SAR) telah selesai dilaksanakan. (jacko agun)
No comments:
Post a Comment