Sunday, November 29, 2015

Penyelam Hilang di Misool


(skema pencarian Danel Djayadi yang dilakukan tim SAR. sumber: facebook Kaufik Anril)
Rekan divers, barangkali ada yg kenal dengan crew/guide dari Kapal Black Manta, barangkali ada contact yg bisa dihubungi, mohon informasinya. Karena salah satu rekan kami yg sedang menyelam di Misol dikabarkan hilang sudah 3 jam.
--Kaufik Anril, (25/11/2015),  pukul 14:15 WIB

Beberapa hari lalu, saya mendapat kabar tak mengenakkan dari beberapa sumber, utamanya media sosial, terkait hilangnya seorang penyelam, Daniel Djayadi, asal Jakarta. Dikabarkan, Daniel hilang saat menyelam di Misool, Raja Ampat, Papua, pada Rabu, 25 November 2015. Saat itu, ia bergabung dalam LOB (Live a Board) KM Black Manta.

Mendengar kabar itu, saya terkejut, karena kecelakaan penyelaman di Raja Ampat, Papua, terbilang langka. Setidaknya dalam 2-3 tahun terakhir, saya tidak mendengar adanya orang hilang atau meninggal ketika menyelam di sana. Beda halnya dengan kawasan Komodo, NTT yang setiap tahunnya selalu memakan korban. Bisa jadi karena arusnya yang kencang. 

Mendapat kabar itu, saya lalu coba cari tahu kebenarannya. Kebenaran disini lebih kepada fakta di lapangan. Fakta yang sesungguhnya, tanpa tendensi menyudutkan siapapun. Pasalnya, dalam kasus kecelakaan penyelaman di Indonesia, banyak hal yang tidak terungkap. Semua hanya sebatas informasi permukaan. Kalaupun ada, beredarnya hanya dikalangan komunitas penyelam tertentu. Alasannya, demi menjaga perasaan pihak korban, atau pun nama baik penyelenggara trip atau Dive Center (DC).

Hal itu diamini oleh Kiki Murdyatmoko, salah seorang instruktur selam SSI di Jakarta. Menurutnya, selama ini, belum ada investigasi menyeluruh terhadap kasus-kasus kecelakaan penyelaman.

“Rata-rata di Indonesia, di beberapa kasus kecelakaan, penyebab meninggalnya korban gak pernah di publish secara terbuka. Investigasi secara detil tidak dilakukan, demi menjaga privasi dan kestabilan dive center, dan segala macam”, ujar Kiki yang telah berpengalaman menjadi instruktur lebih dari 5 tahun.”

Padahal jika Indonesia memiliki tim khusus yang bertugas menginvestigasi setiap kecelakaan, maka hasilnya akan memperkaya data base dan menjadi pelajaran berharga bagi komunitas diver terkait keselamatan.

“Sampai sekarang belum ada kasus kecelakaan penyelaman yang dijadikan bahan pembelajaran bagi pemerintah. Misalnya demi alasan scientific, buat studi kasus atau pun bagi ilmu pengetahuan keselamatan penyelaman.”

Sementara jika berkaca pada kecelakaan penyelaman yang terjadi di Eropa, Inggris khususnya, setiap kecelakaan warganya pasti diinvestigasi secara menyeluruh oleh sebuah tim khusus yang independen. Termasuk dengan mewawancarai beberapa pihak yang kompeten. Topik soal itu, pernah saya tulis sebelumnya. Linknya ada disini.

Mengumpul Kepingan Informasi
Setelah mencari informasi dari sana-sini, secuil info akhirnya saya temukan. Info  itu bukan berasal dari media sosial, namun dari rekan jurnalis asal Papua. Informasi yang belakangan ternyata gak akurat, namun menurut saya, info itu cukup sebagai modal awal. Informasi latar belakang.

Singkat cerita, kawan itu mengatakan bahwa upaya pencarian masih terus dilakukan. Dan mereka (baca: jurnalis base Sorong) setia menunggu setiap hasil yang ditemukan oleh tim SAR. Tak hanya itu, teman itu juga menyodorkan sebuah nomor telepon seorang pejabat kantor SAR Sorong.

“Siapa tahu butuh, untuk konfirmasi kakak”, demikan ujarnya.

Mengenai ketidakakuratan berita yang dimuat di salah satu portal news online itu, salah seorang peserta trip yang kebetulan ikut di kapal Black Manta menyesalkan pemberitaan itu. Menurutnya, informasi yang diberitakan tidak benar.

“Beritanya kalo menurut saya, kebanyakan ngawur. Berita itu ngaco! Menurut saya, ya, gak benar, karena saya ada disitu sat itu”, ujar sumber anonim yang namanya tak ingin disebutkan, karena beberapa pertimbangan.

Oh ya, di laman berita online itu disebutkan bahwa penyebab hilangnya Daniel Djayadi adalah ombak yang sedang tak bersahabat. Kejadiannya sendiri terjadi pada Kamis siang.

Sejatinya, kejadiannya tidak seperti itu. Saat kecelakaan terjadi, laut tampak normal. Tidak ada ombak. Tenang. Saat itu Rabu (25/11) dan bukan Kamis. 

“Berita itu bilang kejadiannya kamis. Saya gak tahu mereka dapat info dari mana. Kok, tiba-tiba ada wartawan nulis seperti itu. Ketemu wartawan aja gak”, ujarnya.

Saya lalu menjelaskan, bahwa setiap jurnalis tidak melulu harus ada dilapangan untuk melaporkan sesuatu kejadian. Dia bisa merekonstruksinya lewat keterangan saksi mata atau lewat keterangan pihak berwenang yang kompeten.

“Kalo menurut saya, wartawan itu mengutip keterangan petugas kantor SAR setempat. Dia narasumber yang kompeten. Jadi gak salah, meskipun ia tidak ada di lokasi”, jawabku menjelaskan.

Jika membaca beritanya, dipastikan pewarta itu meng-quote (mengutip) keterangan dari Kepala Seksi Operasi SAR Sorong, Karel R. Ileng. Disebutkan, kronologis hilangnya korban bermula saat 3 wisatawan menyelam bersama instruktur untuk melihat keindahan dasar laut Raja Ampat. 

Sementara menurut sumber saya, Daniel hilang sekitar pukul 12 siang waktu setempat. Saat itu mereka melakukan penyelaman di spot “Wagmag” secara bersama-sama dengan beberapa orang pendamping (baca: dive master).

“Kejadiannya di penyelaman kedua, pada Rabu, jam 12 siang. Saya sih, tahunya pas diatas kapal. Daniel udah gak ada. Trus dicari.” ujar narasumber yang gemar memotret biota underwater itu.

Menurut berita itu, dive master (guide) telah mengarahkan penggunakan peralatan selam secara benar. Rencananya mereka menyelam selama satu jam, karena lokasinya tidak terlalu dalam.

Sesuai batas waktu, penyelam harusnya kembali ke permukaan sesuai arahan dive master. Dive master yakin benar, jika para wisatawannya mengerti dengan instruksi yang diberikan. 

Saat mengkonfirmasi kejadian yang sebenarnya, narasumber saya kebetulan tidak berbarengan dengan korban. Menurutnya, korban turun bersama istrinya yang juga diver.

“Saat itu, buddy-nya istrinya sendiri. Setelah kejadian, saya gak berani tanya-tanya. Namanya juga kecelakaan dan kondisinya sedang berduka. Kita semua kalut”, ungkap sumber anonim.

Pada hari naas itu, kebanyakan peserta menyelam tidak terlalu dalam. Hanya sekitar 15 - 2o meter dengan durasi 1 jam.

“Kita semua, sama-sama turunnya. Tidak bertiga seperti yang diberitakan. Tapi saya gak merhatiin lagi, tuh. Maklum, saya udah fokus pada kegiatan foto. Bahkan awalnya saya lebih banyak bermain di dangkal, baru turun ke tempat dalam.”, ungkapnya.

Ketika Daniel tak kunjung muncul ke permukaan, tim dari KM Black Manta langsung melakukan pencarian. Pencarian pertama ditujukan ke lokasi yang diduga sebagai lokasi hilangnya Daniel.

“Ya, langsung! Gitu Daniel gak ada, semua mencari. Tim pencari pertama, ya, tim dari Black Manta. Saat itu, belum ada tim pencari lain. Cuma ada mereka doang. Trus dibantu masyarakat. Kalo sekarang udah di handle Basarnas”, paparnya.

Sementara itu, menurut Kiki, kredibilitas kru kapal Black Manta sudah tidak diragukan lagi. Dengan harga trip yang relatif mahal bagi ukuran wisatawan lokal, pelayanan yang diberikan pasti yang terbaik. Termasuk untuk urusan menyelam.

“Menurut info yang saya terima, guidenya Black Manta itu 1 banding 3. 1 guide buat 3 tamu. Proteksinya bisa dipastikan semaksimal mungkin.”, ujar Kiki yang kerap dipanggil dengan sebutan Kibau.

Tak hanya itu, semua prosedur normal telah dilakukan. Mulai dari persiapan sebelum menyelam hingga aturan naik ke permukaan.

“Secara prosedural, semua telah dilakukan. Mulai dari cek tanki, cek peralatan diving, persiapan, masuk ke dalam air hingga naik ke permukaan. Termasuk dengan buddy sistem dan harus menyelam secara bersamaan.”, papar Kiki.

Balik lagi ke media online, diduga, instruktur tak mengecek jumlah penyelam yang dibawanya permukaan. Yang tersisa hanya dua orang. Sedangkan Daniel Dejayadi (50) tak juga muncul. Ketiganya sempat menunggu beberapa jam, dengan harapan Daniel hadir ke permukaan, namun harapan itu sirna dan dipastikan korban hilang di laut.

Menanggapai informasi itu, Kiki tak bisa memastikannya. Ia pun tak ingin berkomentar lebih jauh, namun berdasarkan pengalamannya, selalu saja ada tamu yang merasa sudah mahir dan kerap bergerak sendiri.

“Bisa jadi karena suasana di dalam airnya agak ribet, crowded. Rame. Si guide berusaha mem-protect tapi kerap ada diver yang merasa sudah mampu. Nah, kalo begitu, kondisinya jadi berbeda.”, ujar Kiki.

KM Black Manta
KM Black Manta merupakan salah satu operator tur diving yang terkenal, tak hanya di Indonesia, namun juga mancanegara. Wilayah operasinya cukup luas, meliputi: Komodo, Ambon, Banda hingga Raja Ampat - Papua. Pemiliknya asing dan merupakan kapal tur diving yang terafiliasi dengan beberapa kapal serupa yang tersebar di beberapa spot penyelaman dunia.

Di website resminya disebutkan, KM Black Manta merupakan kapal safari khusus diving yang terbuat dari baja dan mampu memuat 20 tamu. Kapal itu sangat kokoh, sehingga memberikan kenyamanan dan keamanan. Tak hanya itu, Black Manta juga memberi pelayanan yang terbaik bagi setiap tamu mereka.

Kapal motor Black Manta memiliki panjang 32 meter, lebar 7 meter dan mampu berlayar dengan kecepatan 10 knots. Tak hanya itu, Black Manta juga menghadirkan kabin berkualitas yang sesuai dengan seleranya para diver. Pun, tak ketinggalan dengan fasilitas air hangat dan dingin di setiap kamar.

Fasilitas lain yang juga ditawarkan adalah ruangan besar ber-AC yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan, mulai ruang makan hingga rapat. Perangkat hiburan, seperti audio video berkualitas tinggi, dek yang luas untuk berjemur hingga pijat relaksasi juga ditawarkan oleh kapal itu.

Selama ini, KM Black Manta beroperasi khusus di kawasan Raja Ampat, pada bulan November hingga April. Selain itu, di musim “peak season” seperti Mei hingga Oktober. Black Manta memilih wilayah Komodo sebagai lokasi berlayar mereka.

Untuk urusan harga, di situs resminya disebutkan rate sekitar US$. 2660 untuk keberangkatan per 18 Januari tahun depan, per orang. Dengan angka sebesar itu, bisa dipastikan Black Manta merupakan kapal tur diving kelas dunia. Grade-nya 4 bintang.

Demikian informasi yang tersedia tentang KM Black Manta yang saya kutip dari situs resmi mereka. Jika merujuk kesitu, khususnya terkait pelayanan, apa yang diutarakan Kiki, ada benarnya.

“Black manta bukan operator biasa. Dia punya aturan yang ketat. Yang punya aja, bule. Paketnya dollar. Mahal. Karena itu mereka tidak mungkin main-main dengan keselamatan”, ujar Kiki.

Kesulitan Mengkonfirmasi
Hingga berita ini ditulis, saya belum bisa mengkonfirmasi kondisi terkini dari lapangan dengan Kepala Kantor SAR, Sorong, Toto Mulyono. Sejak kemarin siang, telepon genggamnya tak menjawab panggilan yang saya lakukan. Tak hanya itu, pesan singkat yang saya kirim juga tak berbalas.

Selanjutnya, informasi yang saya punya hanyalah keterangan saksi mata, keterangan praktisi ditambah data sekunder dari kantor SAR kota Sorong. Jika dikatakan cukup, tentunya tidak. Namun untuk merekonstruksi sebuah kebenaran peristiwa, saya rasa informasi itu cukup. Toh, semua sumbernya kredibel dan kapabel.

Khusus untuk pencarian pada hari keempat (29/11), kemarin, misalnya. Update terakhir menyebutkan, tim Rescue Kantor SAR Sorong melakukan pencarian dilakukan dengan menurunkan 3 SRU (Search Rescue Unit),

Pencarian dimulai pukul 07.30 WIT dengan menyisir di lokasi kejadian dengan menggunakan speed boat, rubber boat dan RIB Kansar Sorong. Kemudian pada pukul 11.00 WIT Tim selam yang terdiri dari rescuer Kantor SAR Sorong dan Anggota Sorong Diving Club melakukan penyelaman di beberapa lokasi yang dicurigai.

Tak hanya itu, upaya pemantauan dari udara juga tetap dilanjutkan, seperti hari sebelumnya dengan menggunakan Pesawat Cessna Caravan C-208B serta ditambah 1 Helikopter AS 350 B3. Pemantauan lewat udara dimulai pukul 08.00 WIT dengan beberapa lokasi area pencarian.

“Mereka sudah melakukan pencarian sampe ke beberapa titik-titik rawan yang dicurigai ada arus dan telah mengelilingi pulau-pulau kecil dengan cara darat, laut dan udara”, ujar Kiki yang memantau terus kasus ini.

Selanjutnya, pada pukul 17.30 WIT seluruh SRU di lapangan melaporkan bahwa pencarian di hari ke 3 itu masih nihi. Keberadaan korban belum ditemukan. Seluruh SRU kemudian kembali ke posko. Direncakan pencarian akan dilanjutkan pada keesokan harinya hingga 7 hari, sebagaimana lazimnya operasi SAR dilaksanakan.

“Basarnas biasanya melakukan pencarian hingga 7 hari. Jika dirasa perlu, pencarian bisa diperpanjang selama ada argumentasi yang kuat”, papar Kiki yang sebelumnya terlibat sebagai tim pencari pesawat AirAsia QZ8501 di Pangkalan Bun, Kalsel.

Laporan Orang Hilang
Informasi yang saya terima menyebutkan pelibatan kantor SAR kota Sorong tak lepas dari bantuan teman-teman diver di Jakarta. Itu sebabnya, tim rescue dari kantor SAR muncul belakangan di lokasi.

“Bayangin aja, dari kota Sorong ke lokasi diperlukan 5-6 jam perjalanan. Jaraknya cukup jauh”, papar Kiki.

Menurut Kiki, peserta trip menginginkan pelibatan tim SAR dalam melakukan pencarian, mengingat wilayah lokasi yang sangat luas dengan jumlah pencari yang dimiliki KM Black Manta terbatas. Namun, karena tidak memiliki kontak langsung dengan Basarnas, mereka meminta bantuan rekan-rekan diver Jakarta. 

Beruntung, akhirnya, Ebram (instruktur NAUI) berhasil mendapatkan nomor kontak kantor SAR Sorong. Ia lalu melakukan komunikasi dengan kantor SAR Sorong terkait musibah itu.

“Yang laporan ke kantor SAR, mas Ebram. Karena pihak tamu, tahunya Ebram punya koneksi ke Basarnas. Trus mereka kontak Ebram. Ebram lalu kontak kantor SAR Sorong”, ujar Kiki.

Meski terbatas untuk melakukan pencarian di dalam air, KM Black Manta ternyata memiliki hubungan yang sangat baik dengan penduduk di sekitar Misool. Buktinya, begitu dikabarkan ada yang hilang, penduduk secara sukarela melakukan pencarian di sepanjang pantai di pulau-pulai di kawasan Misool.

“Black Manta jaringannya cukup bagus. Dive lokalnya juga sigap dan langsung minta bantuan penduduk kampung. Pencarian dilakukan dengan menggunakan boat dan perahu tradisional juga”, kata Kiki.

Sementara itu, kantor SAR Sorong dalam laman resminya menyebutkan, telah menerima laporan dari Ebram melalui telepon yang diterima oleh Hadi Sutanto selaku Kepala Siaga yang sedang bertugas pada pukul 17.03 WIT.

Kemudian tim dari Kantor SAR Sorong melakukan pengecekan terhadap laporan tersebut ke Reza (perwakilan Kapal Black Manta di Sorong). Dari konfirmasi itu diketahui telah terjadi kecelakaan saat melakukan penyelaman di lokasi Wagmag Site, Perairan Misool pada penyelaman ke 2. 

Selanjutnya, tim dari Kantor SAR Sorong dipimpin Kepala Kantor SAR Sorong, Toto Mulyono, segera menggelar brifing operasi SAR pada hari itu juga. Kantor SAR sepakat menerjunkan 1 tim resuce untuk pencarian pada keesokan harinya.

Upaya Pencarian
Sesuai perencanaan sehari sebelumnnya, pada Kamis (26/11), Kantor SAR Sorong memberangkatkan 1 Tim Rescue, terdiri dari 5 anggota SAR ditambah 2 penyelam dari Sorong Diving Club dan 2 anggota Pol Air Kota Sorong. Mereka berangkat menggunakan Speed Boat menuju lokasi . 

Lokasi kejadian musibah berjarak ±78 Mil dari Kota Sorong. Setibanya disana,  tim rescue langsung menyelam di titik-titik yang dicurigai. Mereka juga menyisir perairan di sekitar lokasi menggunakan speed boat. 

Di lapangan seorang petugas didaulat sebagai OSC (On Scene Coordinator). OSC adalah pejabat yang ditunjuk oleh SMC (SAR Mission Coordinator), dalam hal ini dibawah kendali Kepala Kantor SAR Sorong, Toto Mulyono. Dan saat ini peran OSC dipegang oleh Kepala Sub Seksi Operasi, Karel Roni Ileng.

OSC bertugas melaksanakan sebagian tugas SMC di lapangan. OSC juga melaksanakan tugas sebatas yang didelegasikan kepadanya. Hal ini biasanya dilakukan karena lokasi pencarian yang sulit dikendalikan secara langsung oleh SMC.

Dalam melakukan pencarian, tim SAR biasanya melakukan blocking area terlebih dahulu. Blocking dilakukan pada lokasi yang diduga sebagai tempat hilangnya korban.

“Siapapun operatornya, jika ada orang hilang, mereka akan melakukan blocking area terlebih dahulu, lalu dipastikan dimana korban terakhir menyelam”, ujar Kiki

Jika tak menemukan korban, pencarian mulai diperbesar areanya. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan korban terseret arus laut.

“Di survei, diliat arusnya kemana. Dipastikan arus masuk dan keluarnya ke arah mana. Setelah itu kirim orang untuk melakukan pendeteksian”, papar Kiki.

Dari beberapa operasi SAR laut yang pernah diikuti Kiki, pencarian yang efektif, cepat dan sistematis adalah dengan menggunaan metode “Open Grid” (metode panyapuan). 

“Metoda ini digunakan terutama bila perhitungan waktu untuk bertahan hidup dari subyek sangat pendek, dan jumlah dari tim pencari kurang mencukupi untuk menyapu search area yang luas”, papar Kiki.

Untuk type ini diperlukan kemampuan kerja individual dari tim pencari, karena jarak antar personil terkadang menuntut kemampuan individu untuk bergerak sekaligus mengadakan pengamatan sepanjang area penyapuan.

“Open Grid efectif dilakukan untuk medan terbuka dengan jarak pandang luas”, pungkas Kiki.

Pada Kamis (26/22) tepatnya pukul 17.30 WIT, tim rescue melaporkan telah melakukan pencarian di sejumlah lokasi. Mereka juga melakukan penyisiran di  permaukaan. Sayangnya, tim pencari belum berhasil menemukan korban di hari pertama. Kemudian hingga empat hari pencarian, tim belum juga berhasil mengendus keberadaan Daniel.

Pesona Misool
Pulau Misool mungkin tak banyak orang tahu. Pulau itu memang identik dengan lokasi menyelam, karena memiliki keanekaragaman terumbu karang dan jenis ikan yang tinggi. Itu sebabnya, Misool tak asing bagi telinga para penyelam.

Misool sendiri adalah salah satu dari empat pulau besar di Kepulauan Raja Ampat di Papua Barat. Pulau Misool ini berbatasan langsung dengan Laut Seram. Daerah ini terletak di kepala burung papua barat dan dekat dengan kota Sorong . 

Misool terbagi atas dua bagian, yakni Misool Timur Selatan dan Misool Barat. Daerah itu terkenal juga dengan keanekaragaman hayati dan kekayaan budayanya yang khas.

Pulau Misool juga termasuk daerah segitiga karang dunia. Oleh sebab itu kekayaan alam laut Misool sudah tak diragukan lagi. Kabarnya sebanyak 75% jenis karang dunia terdapat di daerah misool ini. Selain itu, kawasan ini juga berbatasan dengan laut lepas sehingga menjadi jalur lintasnya satwa besar seperti paus.

Saat ini, Misool Selatan menjadi salah satu kawasan konservasi dan kawasan wisata bahari yang sudah terkenal di dunia. Pada musim-musim sejuk (Oktober - April) banyak sekali wisatawan asing berkunjung kesana. Tak heran jika, setiap bulannya puluhan kapal bersiliweran di kawasan itu. 

Hingga tulisan selesai ini dibuat, Daniel Djayadi masih hilang di Misool, Raja Ampat, Papua dan belum diketahui keberadaannya. Kendati demikian, semua pihak, termasuk saya, berharap Daniel segera ditemukan. (jacko agun)

5 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Allo mas/mba dari ExploreIndonesia, kenapa komennya dihapus? Justru hal itu penting untuk mendudukkan persoalan, menurut saya.

      Maaf, saya baru liat komennya tadi pagi lewat notifikasi pushmail di hp. Maaf juga karena terlambat respon, karena harus melakukan beberapa kegiatan/ urusan domestik. Hehehe...

      Oh ya, soal adanya hal yang ditutup-tutupi oleh seseorang atau sebagian peserta trip, saya tidak mendapatkan info seperti itu. Pasalnya, ketika saya mewawancarai salah seorang peserta trip yang kebetulan saya kenal meskipun tidak dekat, saya dapatkan info bahwa ia telah mengetahui pak Daniel hilang sejak pukul 12 siang. Jujur, saya juga ingin mewawancara saksi lain, namun teman-teman tidak ada yang mau memberi nomor kontak. "Takut mengganggu privasi", alasannya.

      Sementara terkait laporan ke Basarnas, saya dapatkan dari Kiki dan dari situs resmi Kantor SAR Sorong. Disitu disebutkan seperti yang saya tuliskan. Khusus kepada Kiki (yang sudah saya anggap sebagai abang sendiri) saya bertanya tentang kepastian laporan, karena ia tahu soal itu. Bisa jadi karena Ebram merupakan sahabatnya. So, menurut analisa saya, semua info permulaan itu telah dishare diantara mereka.

      Belakangan, seandainya saja saya mendapatkan info yang berbeda, maka hal itu pasti akan saya tuliskan. karena itu ijinkan saya menshare ulang info yang mas/mba sampaikan. Info ini menurut saya sangat penting:

      Demikian kronologis dari mas/mba ExploreIndonesia setelah saya edit biar ringkas:
      - Kejadian diposting di grup WA pd jam 14:45,
      - Pada jam 15:15 dilaporkan ke Basarnas Jakarta yg kebetulan dikenal
      - Saat itu juga Basarnas Jakarta kontak dengan Basarnas Sorong utk standby dan konfirmasi kebenaran berita
      - Diketahui ada seorang anggota grup WA yagn ikut di Kapal Black Manta
      - Saat itu, masih belum diketahui siapa yang jadi korban.
      - Selanjutnya, beberapa nomer telp peserta trip diserahkan ke Basarnas Jakarta utk ditindaklanjuti.
      - Namun sayang, tak satupun nomor kontak peserta trip Black manta yg bisa ditelp (jam 15:15 tanggal 25 November 2015)
      - Seorang teman di grup WA akhirnya bs menghubungi teman yg ikut trip di Kapal Black Manta pada 16:18, dan katanya tidak ada kecelakaan.
      - Pada jam 16:30an laporan ke Basarnas Jakarta dibatalkan karena menurut teman yg di Black Manta tidak ada kecelakaan.

      Demikian tanggapan yang bisa saya sampaikan. Soal jangan berbohong dan jangan ada yang ditutup-tutupi, saya setuju sekali. Toh, semua ini demi kebaikan bersama. Sebuah pembelajaran berharga bagi komunitas diver. Dan atas pertimbangan itulah saya memaksakan diri menulis panjang seperti diatas. Pasalnya, saya tahu, kita harus mendorong munculnya regulasi yang lebih baik terkait langkah antisipasi kecelakaan di dunia penyelaman.

      Terakhir, soal menjadi conservative diver, saya setuju. Btw, saya juga masih tahap belajar kok mas/mba. Belum punya kemampuan apapun yang bisa dibanggakan. Hehehe...

      Hingga saat ini, saya masih jadi penggembira, namun selalu mengikuti aturan yang berlaku.

      Finally, thx a lot buat komennya mas/mbak. Ditunggu komen-komen selanjutnya.

      --salam mola-mola--

      Delete
  2. Halo Mas Kelana Tambora, terima kasih informasinya. Saya setuju bahwa kita perlu sebuah portal atau lembaga yang mengumpulkan fakta kejadian kecelakaan penyelaman dan melakukan investigasi, sehingga dapat digunakan antara lain sebagai pembelajaran bagi penyelam atau penyelanggara atau komunitas kegiatan penyelaman khususnya di tanah air, mengingat besarnya potensi dan prospek wisata penyelaman di negeri kita ini.

    ReplyDelete
  3. Semoga korban cepat ditemukan.

    ReplyDelete

ANTARA - Lingkungan

Climate Change News - ENN