Sunday, November 08, 2009
Menjajal jeram di Sungai Wampu
Sungai Wampu adalah satu dari belasan sungai besar yang terdapat di Sumatra Utara (Sumut). Panjang sungai, yang melewati dua kabupaten ini, sekitar 140 km, dan hulunya terletak di Kabupaten Karo melalui Kabupaten Langkat dan bermuara di kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading, Langkat Timur Laut.
Karena terdapat pada dua kabupaten, sungai ini pun dikenal dengan tiga nama. Masyarakat Karo menamakan Lau Biang atau Lau Tuala. Sedangkan orang Langkat menamakan Sungai Wampu dan masyarakat sungai yang hampir menuju muara menamakannya Sungai Ranto Panjang.
Kedalaman maksimal sungai mencapai lima meter, sungai ini dikategorikan sebagai sungai besar dan panjang di Sumut, selain Sungai Bingei dan Sungai Asahan. Sungai Wampu memikili banyak sekali anak sungai dan bercabangan di beberapa titik tertentu. Di beberapa tempat ada pula sumber-sumber air panas yang menambah keindahan dan fungsi sungai.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Wampu melintasi hutan negara seluas 91.423 ha, yang sebagian besar terdapat di Karo dan termasuk dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Debit airnya saat ini sekitar sekitar 150 hingga 300 meter kubik per detik.
Sebelumnya debit air Sungai Wampu berada di atas 300 meter kubik per detik, namun dari tahun ke tahun turun akibat adanya perambahan hutan. Perambahan hutan tidak hanya menyebabkan penurunan debit air, namun jika terjadi hujan air sungai berlumpur. Berdasarkan data statistik, lahan kritis di DAS Wampu minimal 33.030 ha dan terus bertambah.
Meskipun hutan di pesisir Sungai Wampu tidak pernah lepas akan ancaman perambahan, namun Sungai Wampu masih mampu memberikan keindahan. Wisata arung jeram adalah salah satu cara yang sangat efektif untuk bisa menembus tebing dan seakan-akan menemani sungai yang mengalir menuju muara.
Saat ini, ada beberapa operator arung jeram di Sumut yang melayani wisatawan untuk menikmati keindahan Sungai Wampu. Salah satunya dalah sekelompok mahasiwa pencinta alam Fakultas Pertanian di Universitas Sumatra Utara yang tergabung dalam Parintal FP USU.
Tiga jalur
Ada tiga jalur yang dibuka untuk menikmati keindahan Sungai Wampu sekaligus menguji keberanian saat melewati jeram-jeram sungai, yang cukup besar.
Pertama, dari Desa Kaperas, Kecamatan Salapian, Langkat, menuju jembatan Bahorok, Kecamatan Bahorok, Langkat, panjang lintasan 23 km atau 12 jam pengarungan. Di Jalur Kaperan-Jembatan Bahorok ini ada tempat yang bernama Pamah Durian yang sering dijadikan tempat beristirahat pengarung.
Tempat ini bisa dijadikan tempat istirahat singkat, misalnya untuk beristirahat beberapa jam sebelum melanjutkan pengarungan. Pamah Durian sering juga dijadikan tempat menginap pengarung, karena lokasinya sangat indah dikelilingi tebing yang dihiasi air terjun dan mata air.
Kedua, yang juga berakhir di Bahorok, namun dengan waktu tempuh dua hari, dimulai dari Muara Lau Tebah, Karo, salah satu anak sungai yang hulunya di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Titik start dapat dicapai setelah berjalan kaki sekitar setengah hari dari Desa Simolap.
Ketiga, dimulai dari Desa Rih Tengah, Karo hingga Bahorok, lama pengarungan tiga hari. Untuk mencapai Rih Tengah menghabiskan waktu enam jam dari Medan.
Rute lainnya cukup pendek, hanya menghabiskan waktu tiga jam, dimulai dari Desa Perbesi, Karo hingga Desa Limang masih di Karo. Untuk mencapai Desa Perbesi dapat melalui Kabanjahe, ibukota Karo.
Meskipun selalu turun, debit air di rute-rute pengarungan yang dipilih masih masuk kategori tinggi, bahkan di beberapa titik terdapat jeram-jeram yang cukup berbahaya jika tidak hati-hati dan mengikuti sistem yang dianjurkan dalam olah raga arung jeram.
Karena air tinggi, Sungai Wampu hingga saat ini masih menjadi salah satu alternatif lokasi pelaksanaan kejuaraaan arung jeram di Sumut, selai Sungai Bingei di Karo, Sungai Asahan di Asahan dan Sungai Alas di Aceh Tenggara.
Beberapa kejuaraan arung jeram yang penah digelar di sungai ini, antara lain. Kejuaraan Arung Jeram Sumut 1999, seleksi wakil Sumut dalam kejuaraan Indonesia 2001 Asahan White Water Festival yang diikuti oleh olahragawan arung jeram berkelas internasional.
Konon Lau Biang adalah sungai yang cukup angker. Pada malam hari, khususnya selama bulan pur-nama, di sekitar Lau Biang sering terlihat adanya pendekar yang menunggang kuda putih, yang diyakini masyarakat di sekitarnya sebagai penjaga sungai.
(Sumber: Bisnis Indonesia, Erna Sari Ulina Girsang)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment