Ilustrasi: buanglah sampah pada tempatnya. |
"Ketika Dunia Dikuasai oleh sampah, Maka Dunia akan Melahirkan sampah juga" [Eustass Kid]
Beberapa waktu lalu, saya dikagetkan dengan aksi seorang pengendara mobil mewah yang dengan santainya membuang sampahnya di jalan. Sampah yang dibuang itu ukurannya memang terbilang kecil. Bisa jadi bungkus rokok atau benda lain yang ukurannya hanya segenggaman.
Namun aksinya itu, membahayakan pengguna jalan. Pasalnya, saya yang berada tepat dibelakangnya, tidak menyangka akan mendapatkan lemparan benda kecil itu. Karena kaget, saya berusaha mengelak, membuat saya hampir bertabrakan dengan motor lain yang melintas. Beruntung, saya bisa menguasai keadaan, sehingga kecelakaan tidak terjadi.
Dalam hati saya berguman: "gak nyangka, mobil mentereng, tapi nyampahnya di jalan raya".
Ternyata, tingkat penghidupan yang lebih baik, tak membuat orang lebih peduli dengan lingkungan sekitar. Contohnya, si pengemudi mobil mewah itu. Kebayang, jika ia memiliki sampah dalam ukuran besar, ia pun akan melakukan hal serupa. Wong, dalam jumlah kecil, dengan gampangnya ia membuangnya di jalan raya, apalagi sampah dalam ukuran besar.
Sejurus, saya jadi teringat dengan kebiasaan lama. Kebiasaan untuk selalu memungut sampah plastik ukuran kecil dan memasukkannya di dalam saku. Sampai-sampai ibuku kerap marah saat mencuci, ketika mengetahui bahwa seisi kantongku penuh dengan sampah. Kejadian itu pun, biasanya terjadi ketika saya pulang mendaki gunung.
Saat itu, ntah kenapa, saya selalu lupa untuk membuangnya di tong sampah. Bisa jadi karena sudah terlalu lelah melakukan perjalanan panjang. Dan, ntah, mengapa pula, setiap beristirahat di jalur pendakian, tangan saya tak bisa berhenti untuk memunguti sampah yang berserakan disekitar. Kejadian itu pun, berulang hingga sekarang.
Dan uniknya, perilaku yang sama menurun pada anak saya. Contohnya saja, Gilang, anak terakhir saya. Setiap habis makan dimana pun, yang pertama kali ia cari adalah tong sampah. Biasanya, ia akan membuang sisa bungkus makanannya, ke dalam tong sampah. Meski jaraknya jauh, ia keukeuh untuk membuang sampahnya.
"Pa, tong sampahnya mana?" ujarnya, usai makan sesuatu.
Ternyata, perilaku yang sama juga dilakukan oleh Ivan (41), gitaris band rock era 90-an, Slank. Dalam wawancaranya dengan salah satu media, Ivan mengaku lebih suka menyimpan sampah di dalam mobilnya ketimbang harus membuang sampah sembarangan. Sebuah kondisi yang sangat kontradiktif dengan pengemudi mobil mewah tadi.
"Kalau saya pulang kerja, mobil saya penuh sampah", ujar Ivan, seperti dikutip salah satu media besar itu.
Ternyata hal tersebut dilakukannya, karena Ivan mengaku kesulitan menemukan tempat sampah di Jakarta.
"Jadi daripada saya buang di jalan, saya simpan sampai ketemu tong sampah," tutur pria yang bernama lengkap Ivan Kurniawan Arifin itu.
Dia juga mengatakan, kampanye serta sosialisasi untuk tidak buang sampah sembarangan seharusnya dibarengi dengan ketersediaan infrastruktur pendukung, seperti tong sampah. Pasalnya, ketika hendak buang sampah, ia kerap terkendala dengan ketersediaan tempat sampah.
Akibat sikapnya itu, Ivan bersama anggota Slank lainnya didaulat menjadi "Duta Kebersihan Jakarta". Mereka diminta langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
Perilaku ini sebenarnya tak lebih dari bentuk kepedulian terhadap lingkungan yang lebih baik. Pasalnya, saat ditanya, siapa yang senang dengan lingkungan bersih? Semua pasti angkat tangan. Ini artinya, kita memang menginginkan lingkungan yang lebih baik. Namun, mengapa, masih ada orang yang rela membuang sampah seenaknya?
Bisa jadi, itu karena sikap yang keliru. Banyak orang yang beranggapan, tempat saya harus bersih, tetapi di luar sana, saya tidak peduli. Hal itulah yang kira-kira terjadi pada pengemudi mobil mewah tadi. Ia ingin kondisi mobilnya tetap wangi dan bersih, tapi ia lupa dengan kebersihan lingkungan yang digunakan bersama. Pun, ia tak sadar, bahwa aksinya itu hampir saja mencelakai orang lain.
Lalu, bagaimana merubah paradigma seperti itu?
Untuk generasi yang lebih tua, mengubahnya agak susah, kecuali ia punya kesadaran akan pentingnya lingkungan yang bersih. Sekarang ini, harapan itu tertuju pada generasi muda. Kenyataan, bahwa pemanasan global telah terjadi, dimana Bumi semakin panas, menjadi bukti yang tak terbantahkan. Karena itulah, pelajaran tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan menjadi solusi untuk Bumi yang lebih baik. Dan, pengetahuan ini, telah banyak diajarkan di sekolah-sekolah. Itu pula sebabnya, mengapa generasi muda sebagai benteng terakhir memang harus diperkuat.
Mengenal Sampah
Meski setiap orang sudah tahu bentuk sampah seperti apa, namun bisa jadi masih banyak yang bingung dengan kategorisasi sampah yang sebenarnya. Diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan, setelah berakhirnya suatu proses.
Sampah kemudian didefinisikan menurut derajat keterpakaiannya. Menilik prosesnya di alam, sebenarnya tidak dikenal adanya konsep sampah. Yang ada hanyalah produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi dalam kehidupan manusia, kita mengenal konsep lingkungan dan kelestarian. Karena itu, sampah dapat dibagi menurut jenisnya.
1. Berdasarkan sumber.
Sampah alam: sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Diluar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.
Sampah manusia (Inggris: human waste) : istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.
Sampah Konsumsi : sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang. Dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.
Limbah radioaktif: merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan).
Sampah industri: sampah dalam jumlah besar yang atang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Untuk mencegah sampah cair adalah pabrik-pabrik tidak membuang limbah sembarangan, misalnya tidak membuang limbah ke selokan.
2. Berdasarkan sifat.
Sampah organik - dapat diurai (degradable), yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos;
Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable), yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton;
3. Berdasarkan bentuk.
Sampah juga ada yang berbahan padat atau cairan, yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi sebagai:
- Sampah Padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain.
- Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah, diantaranya:
Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.
Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.
4. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam.
Sampah jenis ini dibagi lagi menjadi:
- Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
- Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
- Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
- Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.
Kini, ketika kita sudah paham bahaya yang ditimbulkan oleh sampah, tak ada salahnya, kita lebih peduli, setidaknya dengan tidak membuang sampah sembarangan. Semua itu, demi Bumi yang lebih baik. (jacko agun)
No comments:
Post a Comment