(warna itu membuat hidup lebih hidup. source: www. dezignhd.com) |
Memberi warna, yup, itu yang pernah diucapkan senior kampusku dulu.
Puluhan tahun silam, tepatnya.
Memberi warna berbicara tentang "berbeda".
Berbeda dengan kalian, berbeda dengan yang lain.
Berbeda lalu dianggap aneh?
Kerap.
Memberi warna juga bercerita tentang kehadiran.
Kehadiran yang disadari atau tidak, ternyata dirindukan.
Kehadiran yang tak bisa diacuhkan.
Ketika ia ada, auranya begitu lekat, memberi rasa.
Lagi-lagi, rasa yang berbeda.
Memberi warna juga ada kaitannya dengan kehidupan.
Kehidupan dengan pola pikir positif.
Positif menyikapi perbedaan.
Positif menyikapi setiap musibah yang terjadi.
Pun, positif memaknai, mengapa saya masih bertahan di kantor yang kian sumuk ini.
(Ups, maaf jadi curhat!)
Ehm, memberi warna juga tak bisa dipisahkan dari "ciri khas" yang menjadi penanda.
Penanda akan hadirnya sebuah idealisme.
Tentang kemenangan sosialisme akan kapitalisme yang kian tak ramah.
Kemenangan miliknya kaum proletar.
Milik (kami), kaum tak berpunya.
Harapannya, sih gitu.
Namun, sepertinya sulit!
*Hiks
Oh ya, memberi warna juga bicara tentang 'anti mainstream'.
Mencoba menantang jaman yang cenderung seragam.
Mencoba memberi alternatif,
akan sebuah pola pikir,
akan sebuah cara bertindak,
dan menularkannya pada yang lain.
Satu demi satu
Kini, dengan munculnya beragam warna,
haruskah kita menolaknya,
mengabaikannya?
Atau menganggapnya sebagai kekuatan baru?
Kekayaan yang mampu mempersatukan,
bukan melemahkan.
Lalu, apakah salah ketika (saya) berbeda?
Padahal, hanya ingin memberi warna.
*untuknya(K)
Malam yang dingin diiringi alunan lagu"Coffee & TV"nya Blur
No comments:
Post a Comment