(Peta spot menyelam di kawasan Taman Nasional Laut Komodo. Source;http://seaundersea.com/indonesia/komodo) |
Kembali, dunia
petualangan bawah air berduka. Diver asal negeri tirai bambu
dikabarkan hilang saat menyelam di perairan Gili Lawa, Kabupaten Manggarai
Barat, Nusa Tenggara Timur pada Minggu (4/10/2015) pagi.
Selasa,
6 Oktober pagi saya dikejutkan dengan berita adanya penyelam yang hilang di
Taman Nasional Laut Komodo, NTT. Info itu saya dapatkan
dari grup whatsapp komunitas penyelam.
Disebutkan,
hingga hari kedua hilangnya turis asal Tiongkok itu, Tim SAR Kabupaten Manggarai
Barat, terus melakukan pencarian seorang wisatawan yang gemar menyelam, diketahui bernama Chuang Binhto.
Chuang
Binhto (30 tahun) dikabarkan hilang saat menyelam di spot Gili Lawa Laut, yang memang terkenal dengan arus yang kuat.
Disebutkan, arus di kawasan itu tidak saja horizontal namun juga vertical, biasa disebut down current.
Sebelumnya,
Binhto menyelam bersama 7 rekannya, ditemani seorang pemandu (baca:
dive master) pada Minggu 4 Oktober, sekitar pukul 08.00 WITA. Diduga
Binhto hilang, setelah terseret arus bawah yang menyebabkan ia terpisah dari
rombongan. Begitu mengetahui Binhto hilang, rekan satu tim segera melakukan
pencarian. Namun sayang, upaya mereka sia-sia.
Mereka
kemudian meminta bantuan Tim SAR cabang Labuan Bajo. Tak berapa lama, Tim SAR
bergerak. Mereka adalah gabungan dari TNI, Polri, penyelam dari Dive Club
Labuan Bajo bersama pihak Syabandar. Usai melakukan breafing,
pencarian di fokuskan pada lokasi kejadian dan pulau-pulau sekitar.
Dalam
melakukan pencarian, tim SAR juga dibantu nelayan untuk menyisir sejumlah
pesisir di pulau-pulau di sekitar Taman Nasional Laut Komodo. Dalam pencarian,
Tim SAR menurunkan 2 kapal SAR dibantu 1 kapal Syahbandar.
Di
media, Kepala SAR cabang Labuan Bajo, Supriyanto mengatakan korban diduga
terbawa arus dasar laut. Menurutnya, arus dasar laut di perairan itu cukup
kencang.
“Korban
diketahui menyelam bersama tujuh rekannya, sampai saat ini kami terus melakukan
pencairan,” ujar Supriyanto, dikutip dari kompas.com.
Sementara
itu, Kepala SAR Wilayah Kupang, I Ketut Ardana mengakui pencarian terus
dilakukan semenjak warga Tiongkok itu dinyatakan hilang.
"Kita
terus berusaha, dari pagi, siang hingga malam, namun belum juga
ditemukan. Kami telah kerahkan semua anggota di Pos Manggarai Barat, dibantu
TNI Angkatan Laut" ujar Ardana, seperti dikutip dari Antara.
Sayangnya,
hingga dua hari pencarian, belum ada tanda-tanda keberadaan korban. Sulitnya
pencarian juga dipicu kencangnya arus air di wilayah tersebut. Kendati
demikian, semua lokasi yang dicurigai terus didatangi tim SAR
Sementara
itu, berdasarkan penuturan diver senior yang juga merupakan dive
operator di kawasan Komodo, Condo Subagyo, musibah itu terjadi di kawasan Selat
Gili Lawa Darat, biasa disebut "Golden Passage". Saat kejadian, timnya
juga sedang melakukan penyelaman dilokasi serupa dengan jarak yang tidak begitu
jauh.
Dari
penuturan saksi mata, diketahui korban (baca; Chuang Binhto) sempat
naik ke permukaan (surface). Namun sayang, beberapa waktu kemudian korban masuk
kembali ke dalam air.
"Saat
itu korban telah mengakhiri penyelaman dan meminta tolong. Namun, beberapa
menit kemudian ia masuk lagi ke dalam air", ujar Condo yang telah menjadi
guide di kawasan itu belasan tahun lamanya.
Pagi
itu, arus di kawasan selat memang mengalir cukup kuat ke dua arah, yakni utara
dan selatan. Jika terseret arus, kemungkinan korban akan dibawa menuju
pulau-pulau di kawasan Komodo, yakni Gili Lawa Laut, dan pulau Komodo.
9
Nyawa Melayang Dalam 3 Tahun
Hilangnya
penyelam asal Tiongkok bukanlah yang pertama di kawasan Taman Nasional Laut
Komodo. Data Tim SAR Labuah Bajo menunjukkan sedikitnya telah 9 nyawa melayang
dalam 3 tahun terakhir di lokasi tersebut.
Hasil
riset kecil-kecilan dari internet menyebutkan, para penyelam yang meregang nyawa kebanyakan akibat tidak mampu melawan arus yang kuat.
Dan berikut data yang berhasil saya kumpulkan:
Sebelum
hilangnya Chuang Binhto, kabar duka datang dari Bandung pada 27
April lalu. Asri Sofia Marwah (30), putri pertama anggota DPR, HD Sodik
Mujahid, meninggal dunia sekitar pukul 11.00 waktu setempat saat menyelam di
Komodo. Saat itu, Asri menyelam ditemani suaminya, Giri yang merupakan seorang
penyelam profesional.
Jenazah
kemudian dibawa ke Bandung pada Selasa (28/4) dan dimakamkan di pemakaman
keluarga di Desa Ciburial, Cimenyan, Kab. Bandung. Asri, yang merupakan
penyelam bersertifikat diketahui kelelahan setelah terseret arus bawah. Ia
kemudian menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit di Labuan Bajo.
Sebelumnya,
pada 1 September 2014, seorang penyelam berpengalaman, Juningsi Jecelin Letik,
karyawati PT XL Axiata Tbk, juga tewas usai menyelam di spot Kristal Rock Gili
Lawa, Taman Nasional Laut Komodo. Jeningsi yang akrab dipanggil Ningsi,
sudah mengantongi waktu menyelam lebih dari 40 log dengan sertifikasi “Advanced
Adventurer”. Ini artinya, kemampuannya sangat memadai. Hal itu pun diakui oleh dive
master yang menemaninya saat tragedi itu terjadi.
Sayangnya,
di hari naas itu, tepatnya di penyelaman ketiga, Ningsi yang baru sekitar 4-5
menit menyelam, sontak naik ke atas dan meminta tolong. Sementara itu,
teman-temannya masih di dalam air. Selanjutnya Ningsi tak sadarkan diri. Korban
lalu dibantu awak kapal segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Naas, saat
dalam perjalanan, korban meninggal dunia.
Dua minggu sebelumnya, pada 20 Agustus 2014, seorang turis asal Spanyol yang gemar menyelam, juga meninggal di tempat yang sama. Ana Maria Gota Gonsales (40 tahun) nama turis itu.
Saat
melakukan diving selama 3o menit di perairan Gili Laba, Pulau Komodo, Ana
mengalami sesak napas dan langsung kembali ke kapal. Di atas kapal, Ana
mengalami pendarahan dari mulut dan hidungnya, sehingga terpaksa dilarikan
ke Puskesmas Labuan Bajo.
Di
Puskesmas Labuan Bajo, Ana mendapat pertolongan medis selama kurang lebih 4
jam, yakni sejak pukul 10.55 Wita, hingga 14.10 Wita, sebelum akhirnya
menghembuskan nafas terakhirnya.
Sementara itu, beberapa
bulan sebelumnya, Kamis, 17 April 2014, seorang wisataan asal Thailand,
Thapana Thirachar Cenpanaya dikabarkan hilang akibat terseret
arus deras saat melakukan penyelaman di perairan Gili Lawa
Laut pada pukul 11.00 Wita. Bersama korban ada 4 wisatawan lain, yakni Mathias Baier (Jerman),
Ralf banzaf dan Geoerg Kmett serta Alex Brenneisten (Swiss) mereka melakukan penyelaman di sekitar Gili Lawa Laut.
Beberapa
tahun sebelumnya, pada Senin 16 Maret 2009, Syiromi Nakauz Mikael (45),
wisatawan asal Rusia juga ditemukan tewas tenggelam saat menyelam di lokasi
taman laut Gili Banta. Korban tenggelam saat sedang melakukan penyelaman
bersama tujuh rekan lainnya di kedalaman 25 meter. Saat itu, tujuh rekannya
selamat.
Beberapa
menit setelah menyelam, seorang rekannya kembali ke atas kapal dan melaporkan
jika Syiromi sesak nafas. Selanjutnya anggota tim melakukan tindakan
darurat, namun korban akhirnya meninggal dunia.
Contoh-contoh
kecelakaan diatas, bukanlah sebuah realita tanpa makna. Sebuah realitas yang
harusnya menjadi pelajaran penting bagi para penyelam, baik pemula maupun
penyelam dengan jam terbang yang lebih lama.
Betul,
jika ada yang mengatakan, malang tak dapat ditolak. Namun, malang bisa
diantisipasi jika kita (baca: penyelam) mengetahui batas kemampuan dan memiliki
pengetahuan yang memadai.
Pengetahuan
bisa didapatkan dengan membaca kembali buku panduan menyelam yang telah
dimiliki ataupun berdiskusi dengan para instruktur di waktu-waktu tertentu,
baik lewat pelatihan, seminar, dll.
Pengetahuan
juga bisa ditingkatkan lewat dunia maya, baik melalui bacaan di situs-situs
yang berhubungan dengan kegiatan menyelam ataupun menonton video di situs berbagi youtube.
Sementara
pengenalan akan kemampuan diri, hanya bisa dilakukan, seiring waktu, lewat
pengalaman kegiatan menyelam. Saat di dalam air, kita akan menyadari kemampuan
diri yang sesungguhnya. Sehingga ketika mulai merasa tidak nyaman, tidak
ada salahnya segera bergerak ke permukaan.
Down
Current
Beberapa
lokasi menyelam terbaik di dunia, biasanya memiliki arus bawah (baca: down
current). Ini menjadi fakta sederhana bahwa arus berperan penting untuk membawa
makanan (plankton) dalam jumlah besar, sebagai sumber makanan ikan. Dan
biasanya, keberadaan berjenis-jenis ikan jadi daya tarik tersendiri bagi
penyelam.
Sayangnya,
arus bawah kerap mengancam keselamatan jika penyelam tidak waspada dan tidak memperhatikan
petunjuk yang diberikan oleh local guide. Pasalnya, arus bawah kerap
muncul secara tiba-tiba tanpa bisa diprediksi di lokasi-lokasi tertentu yang
harusnya bisa diwaspadai.
Biasanya
arus bawah akan menarik penyelam pada jalur arus, ketika penyelam lengah atau
ketika masuk perangkap arus. Oleh karena itu, setiap penyelam perlu memiliki
pengetahuan yang cukup tentang bagaimana cara meloloskan diri jika tersedot di down
current.
Beberapa
cara terbaik mewaspadai adanya arus yang kuat adalah dengan memperhatikan
gerakan arus secara visual sebelum menyelam. Sebelum masuk, sebaiknya
perhatikan pola arus di permukaan. Pun tak ada salahnya bertanya pada nelayan,
kapten kapal ataupun dive master (pemandu) tentang lokasi penyelaman.
Sementara
itu, ketika di dalam air, cobalah untuk memperhatikan arah gelembung yang
dikeluarkan para penyelam. Hal itu penting untuk melihat seberapa kuat arus
yang ada. Pun, tak ada salahnya memperhatikan gerakan ikan-ikan karang.
Biasanya, ikan-ikan kecil akan mampu melawan arus yang kuat, sementara
ikan-ikan besar umumnya akan terseret arus ke bagian bawah.
Sedangkan
jika turun menggunakan tali jangkar kapal, setiap penyelam wajib berpegangan
pada tali dan tidak melepasnya, sebelum akhirnya tiba di dasar ataupun di titik
kedalaman tertentu, dimana arus sudah tidak ada lagi. Selain itu, perlu juga
diperhatikan apakah buddy kita selalu berada tak jauh dari kita.
Jika
arusnya terlalu kuat, sementara tujuan akhir masih jauh, maka tak ada salahnya
mengikut arus dengan gaya drifting. Namun, kita tetap perlu memperhitungkan
lokasi finish, tempat dimana kita akan menyelesaikan kegiatan penyelaman.
Selain itu, para penyelam tetap harus mematuhi seseorang yang dipercaya sebagai
ketua tim yang akan mengarahkan ke lokasi-lokasi tertentu.
Agar
tidak terjebak di down current, penyelam juga perlu dilengkapi dengan
benda-benda khusus tertentu seberti pelampung marker buoy (SMB).
Marker buoy digunakan sebagai penunjuk bagi kapal-kapal yang melintas di
kawasan itu bahwa dibawah ada penyelam.
Ketika
mengetahui lokasi yang dituju merupakan kawasan dengan arus yang kuat, maka
sebaiknya tidak membebani diri dengan barang bawaan yang banyak. Hal penting
yang selalu melekat di BCD adalah SMB dan reel. Sementara jika ingin tetap aman
di arus, tak ada salahnya membawa pengait atau hook dengan panjang 10 cm yang
dilengkapi tali sepanjang 2 m. Pengait akan dilekatkan pada karang mati ataupun
batu, sebagai upaya untuk bertahan di arus yang kuat.
Memutuskan
mengikuti arus yang kuat (baca: drifting) merupakan pilihan terakhir yang
didasarkan pada perhitungan matang. Namun jika tidak ingin drifting, hal
yang bisa dilakukan adalah melawan arus dengan tetap memperhatikan waktu dan
kecepatan arus. Selalu berada dekat karang atau dasar laut menjadi pilihan
bijak. Pasalnya, di daerah itu, tekanan arusnya cenderung tidak terlalu kuat. Atau
ketika tersedot arus, hal yang bisa dilakukan adalah membuat gerakan diagonal
dari arah arus yang ada.
Memperhatikan
ritme nafas juga merupakan hal penting yang tak boleh dilupakan.
Selain itu, selalu perhatikan konsol (baca: gauge) untuk mengetahui konsumsi gas dan
tingkat kedalaman. Ketika mengetahui diri tersedot begitu kuat, maka segera
kembungkan BCD. Atau, tak ada salahnya berlindung dekat karang, sebelum
akhirnya melepaskan SMB yang akan membawa kita ke permukaan.
Memposisikan
diri secara streamline (ramping) juga penting ketika berada di arus
yang kuat. Dengan daya apung netral, setiap penyelam akan mampu bergerak secara
efisien. Dalam posisi streamline, penyelam hendaknya juga memperhatikan
agar tidak bersentuhan atau menjamah karang.
Dengan
pengetahuan sederhana ini, para penyelam akan terbantu ketika harus berhadapan
dengan arus bawah yang kuat. Selanjutnya, setiap penyelam perlu menyusun
ulang rencana penyelaman sesuai dengan kemampuan diri. Sehingga
tak ada salahnya pepatah yang mengatakan, plan your dive and dive your
plan. Ya, sebaiknya kita menyelam sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
Selain
itu tak ada salahnya selalu bertanya dan belajar dari para instruktur yang
lebih berpengalaman. (jacko agun)
No comments:
Post a Comment