Thursday, October 15, 2015

Pengelolaan TN Laut Butuh SDM Profesional


(Peta Kep. Seribu. Sumber: http://pulauseribupulau.com)               

Eco Diver Journalists (EDJ) mendukung pengelolaan taman nasional (TN) laut yang profesional. Pengelolaan yang profesional hanya mungkin jika didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, sehingga pengelolaan wisata selam di tanah air bisa berkembang dengan memperhatikan kaidah-kaidah konservasi.

Eco Diver Journalists yang diwakili oleh Sugiharto Budiman menyambut baik upaya yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam kegiatan Pelatihan bagi Pemandu dan Teknisi Peralatan Selam di Pulau Pramuka, TN Laut Kepulauan Seribu pada 15-18 Mei 2015. Kegiatan ini merupakan yang pertama kali dilakukan dari semua taman nasional laut yang ada.

“Peningkatan kapasitas pemandu di Taman Nasional Laut Kep. Seribu sangat diperlukan mengingat kunjungan wisatawan minat khusus (menyelam), baik lokal maupun mancanegara setiap minggunya cukup banyak. Sudah seharusnya ada pembinaan yang menyeluruh, mengingat mereka adalah ujung tombak kegiatan selam di Kep. Seribu”, ujar Sugiharto Budiman, yang juga Sekjen Eco Diver Journalists.


Minat wisata selam saat ini memang terus meningkat. Di Jakarta saja, setidaknya 200 orang setiap bulannya mengikuti sertifikasi selam untuk kelas pemula maupun naik ke tingkat lanjut. 

Sementara itu, kunjungan wisatawan menyelam ke Kep. Seribu setiap minggunya cukup banyak. Jumlahnya, bisa mencapai ratusan orang, dengan beragam tujuan spot penyelaman yang ada di Kep. Seribu.

Peminat wisata selam juga memiliki kecenderungan untuk terus mencoba lokasi penyelaman baru, di kawasan taman nasional. Banyak yang tertarik menyelam di kawasan taman nasional, karena terkenal akan keindahannya. 

“Menyelam di kawasan taman nasional lebih menarik, karena taman nasional merupakan kawasan perlindungan khusus, dimana keberadaan biota dan ekosistemnya lebih terjaga. Kondisinya agak berbeda jika menyelam di kawasan non taman nasional”, tutur Sugiharto.

Tercatat ada 7 taman nasional laut di Indonesia. Yaitu Kepulauan Seribu, Karimun Jawa, Wakatobi, Bunaken, Togean, Taka Bonerate dan Komodo. Sementara taman nasional yang memiliki perairan laut adalah Bali Barat, Ujung Kulon, dan Teluk Cendrawasih.

Berdasarkan data Kementerian LHK, kunjungan ke sepuluh taman nasional tersebut mencapai 322.477 orang. Sementara total kunjung ke 50 taman nasional yang ada di Indonesia, jumlahnya mencapai 2,4 juta orang.

Angka itu menunjukkan, betapa besarnya potensi yang dimiliki oleh taman nasional laut. Dan kapasitas sumberdaya manusia yang memadai sangat diperlukan agar pengelolaannya bisa berkelanjutan dan lestari.

Kepala Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Wahyu Rudianto mengakui dibutuhkan SDM yang terampil dan profesional untuk mengelola wisata selam. Wahyu juga sepakat tentang perlunya keterampilan petugas dalam mengelola berbagai peralatan selam agar tetap terjaga. Pasalnya peralatan yang dimiliki taman nasional adalah aset negara.

“Sebagai aset negara, perlalatan selam yang ada di taman nasional bisa dimanfaatkan oleh pengunjung wisata jika telah mendapat persetujuan dari Kementerian Keuangan”, ujar Wahyu.

Nantinya semua biaya sewa peralatan akan masuk ke negara sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Sementara itu, Ketua Bidang Pengembangan Asosiasi Usaha Wisata Selam Indonesia (AUWSI), Kiki Murdyatmoko mengakui jika kawasan taman nasional laut sesungguhnya memiliki titik-titik penyelaman yang potensial. Namun peminat wisata selam kerap kesulitan berkunjung karena ketiadaan pusat kegiatan selam (dive center).

"Di sinilah peran pengelola taman nasional sangat kami harapkan. Selain memandu kegiatan selam tetap aman, kami juga berharap taman nasional membantu menyediakan peralatan selam yang berfungsi baik dan juga menyediakan jasa pemandu dan teknisi yang profesional” ujar Kiki yang juga berprofesi sebagai instruktur selam, di Jakarta, Kamis (15/10/2015).

Pelatihan bagi pemandu dan teknisi peralatan selam di Pulau Pramuka, TN Laut Kepulauan Seribu, melibatkan perwakilan dari sejumlah Balai Taman Nasional dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Pelatihan diharapkan bisa meningkatkan kemampuan memandu dan keterampilan petugas taman nasional dalam mengelola peralatan menyelam sehingga selalu dalam kondisi prima.

Selanjutnya, kegiatan wisata selam juga akan berdampak pada bergeraknya ekonomi lokal. Misalnya untuk jasa sewa kapal (boat diving) dan katering. 

"Jika negara memperoleh penerimaan dari tiket masuk yang dibayar para wisatawan selam, maka penduduk lokal akan mendapat tambahan penghasilan dari sewa kapal dan penjualan makanan serta souvenir," pungkas Kiki. (jacko agun)

No comments:

Post a Comment

ANTARA - Lingkungan

Climate Change News - ENN