|
(Berduka untuk Edo. Sumber: http://thumbs.dreamstime.com) |
"Pa, Si Edo... Edo meninggal. Aku terkejut. Sedih kali lah!", ujar Mawmaw dengan suara berat sesekali sesegukan.
"Kok bisa", tanyaku.
"Tahunya dari facebook. Banyak kawan-kawannya yang ucapin turut berduka", tuturnya kemudian.
"Ya ampun... ???"
Ya, begitulah sepenggal informasi yang kuterima malam tadi. Informasi yang membuat saya tercekat. Terhenyak dan beku beberapa saat. Gak menyangka! Maklum, Edo, seorang sahabat, meski tak begitu dekat, merupakan tipe anak muda yang tangguh. Dia juga gak gampang menyerah untuk mengejar apa yang diinginkan. Edo yang kalo dilihat selintas, sepertinya baik-baik saja. Maklum dalam pertemuan terakhir, setahun lalu dengan mawmaw, Edo masih terlihat bugar. Senyumnya yang khas juga selalu setia menghiasi. Namun siapa sangka, jika Edo yang setahu kami tidak memiliki riwayat penyakit apapun, kini telah tiada. Dan karenanya, saya sedih. Sedih sekali!
Oh ya, perkenalanku dengan Edo, sebenarnya telah berlangsung lama, tepatnya ketika kuliah dulu. Edo merupakan junioren si 'Mamaw', --perempuan istimewa-- yang ketika itu aktif di teater kampus. Karena memiliki ketertarikan serupa, Edo ikutan bergabung di organisasi kampus itu. Demikianlah, saya mengenal Edo sebagai pribadi yang hangat dan mudah bergaul.
Beberapa tahun kemudian, ketika sudah di Jakarta, saya mendapat kabar kalo Edo ikutan hijrah ke ibukota. Ketertarikannya pada bidang jurnalistik, khususnya dunia hiburan dan selebritas, telah menghantarkannya berkarier di beberapa media cetak di Jakarta. Tak puas dengan media cetak, kabar terakhir menyebutkan, ia juga bergabung dengan salah satu stasiun televisi swasta, sebagai reporter infotainment.
Khusus di karir terakhirnya itu, Edo kerap berbagi pengalaman sebagai reporter muda lewat laman facebook miliknya. Tentang bagaimana ia harus memberitakan seorang artis. Juga tentang bagaimana kelakuan para artis yang kerap menganggap mereka (baca: infotainment) sebagai musuh. Pun tak jarang ia berkeluh kesah perihal usahanya menunggu hingga subuh, demi mendapatkan gambar dan secuil konfirmasi dari para artis. Namun, sebagaimana hidup, meskipun keras, haruslah dijalani. Pun, Edo setia melakoninya.
Kepergian Edo yang tiba-tiba, saya ketahui dari mawmaw. Ia mengabarkan jika Edo meninggal malam tadi di sebuah rumah sakit di bilangan Jakarta Timur. Edo pergi dengan tenang sekitar pukul 8 malam. Saat kutanya, seperti apa informasi terakhirnya, mawmaw menjelaskan, bahwa jenazahnya akan dibawa malam ini juga ke Siantar, Sumatera Utara oleh abangnya yang memang setia menemani Edo di saat-saat terakhirnya.
Jujur, yang membuat saya sedih adalah kisah perjuangan hidupnya yang gak gampang menyerah. Bayangin aja, di belantara ibukota ini ia hanya sendiri. Setidaknya begitu informasi yang saya terima. Gak punya siapa-siapa, persis seperti saya. Itu sebabnya, saya dapat membayangkan seperti apa susahnya. Sendirian, mengejar impian. Mengejar cita-cita yang belum tentu bisa diraih.
Dan, yang membuat kisah pilu itu seakan berlanjut adalah, Edo ternyata tak lagi memiliki ibu. Ibunya telah meninggal beberapa waktu sebelumnya. Yang tersisa kini hanya seorang bapak. Itu pun sudah sangat tua.
Kondisi itu agak berbeda dengan saya, dimana kedua orang tua saya masih ada. Lengkap. Orang tua, khususnya, emakku yang selalu setia menanyakan kabar, jika saya lama tak berkirim kabar.
Sementara itu, bagi orang-orang perantauan seperti saya, menerima kabar duka, sungguh pukulan yang mengagetkan. Tidak hanya menyesakkan, juga menyedihkan. Tidak menyangka sama sekali, jika seorang sahabat telah pergi begitu cepat mendahului kami.
Edo yang saya kenal baik, kini telah berpulang. Pergi dengan tenang dan damai, meski masih memendam sebuah keinginan besar. Lewat mawmaw beberapa waktu lalu, Edo sempat curhat, bahwa ia kepingin menjadi seorang presenter televisi. Sebuah keingingan yang hingga akhir hayatnya tak jua terpenuhi.
"Namun gak usah khawatir, do! Sekarang kau tenang disana"
"Disana, semua keinginanmu terpenuhi", ucapku dalam hati!
-end-
note: Turut berduka dalam!